Bisnis.com, MALANG- Hotel Tugu Kota Malang, Jawa Timur, memamerkan perhiasan berbahan dasar batu alam dari Pacitan, kain tenun ikat Kediri serta kain tenun dan batik tulis Lombok-Bali karya 14 perajin.
Cressentia Harividyanti, Executive Assistant Manager Hotel Tugu Kota Malang, mengatakan pameran sendiri digelar di ruang Tirtagangga selama 11-25 April 2015 mendatang.
“Kami menampilkan kerajinan perhiasan berbahan batu karya Radha Jewelery dan Assiattic House of Asian Treasures. Selain dijual, sebagian perhiasan adalah barang koleksi yang hanya dipamerkan untuk pengunjung,” kata Cresentia, Minggu (12/4/2015).
Menurutnya Tugu setiap tahun menggelar pameran produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pameran sengaja digelar untuk mengenalkan kekayaan tradisi nusantara.
Selain perhiasan batu, kerajinan kain tenun dan batik juga dipamerkan.
Bahkan secara khusus Tugu menampilkan kain Tenun dari Desa Bandar Kidul Kota Kediri yang memiliki sentra perajin kain tenun yang diturunkan dari generasi ke generasi sampai empat generasi.
“Kain tenun tersebut sengaja kami pamerkan untuk mengenalkan kain tenun khas Kediri yang memiliki tekstur halus dan padat serta motifnya yang memikat,” jelas dia.
Kain tenun ikat Kediri diproses mulai dari pewarnaan untaian benang. Ribuan benang diikat dengan rafia untuk proses pewarnaan. Dalam satu helai kain tenun terdiri dari tujuh warna.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pemintalan. Setiap helai kain tenun dibutuhkan waktu selama empat hari. Motif kain tenun dipengaruhi unsur alam seperti dedaunan.
“Namun saat ini mulai berkembang, perajin berkreasi disesuaikan dengan keinginan konsumen dan lebih banyak dipasarkan di lokal Kediri,” ujarnya.
Berbeda dengan kain tenun Bali dan Lombok yang menggunakan benang tebal, tenun Kediri menggunakan benang halus. Sehingga tidak ada yang menyangka jika kain ini ditenun dengan alat tradisional.
Kain tenun halus seperti produk mesin tekstil. Setiap helai kain tenun dijual seharga Rp300.000-Rp 400.0000. Sedangkan harga kain tenun dari Lombok dan Bali yang dipamerkan di Hotel Tugu dijual seharga Rp200.000-Rp 1,2 juta per helai.
“Dari sebuah prasasti kuno di Trowulan seni menenun di Jawa Timur diperkirakan mulai berkembang di abad 14. Sesuai relief pahatan batu di sebuah situs di Trowulan yakni seorang wanita sedang menenun,” tambah dia.
Sementara kain tenun nusantara terbuat daru serat kayu, kapas atau sutera. Menenun terkait dengan pengetahuan, lingkungan alam, budaya dan kepercayaan.
Sehingga setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan. Sedangkan kain batik dipercaya berkembang di nusantara pada abad 17 dengan motif tumbuhan dan binatang.
“Lantas motif berkembang abstrak berupa awan, relief candi dan wayang.
Seperti kain tenun dengan proses pewarnaan dengan membatik karya Lenan Pearl of Silk yang juga dipamerkan di Tugu,” sebutnya.