Tim SAR Pun Datang (9)
Sampai pukul 17.00, tidak ada satupun orang yang kami temui. Kami terus berjalan. Saya merasa benar-benar kehabisan tenaga saat itu, mungkin hanya naluri bertahan hidup yang menuntun untuk terus berjalan. Kami tiba di pertigaan Danau Taman Hidup pukul 18.30 malam dan hari sudah gelap. Tidak ada orang.
Rezza sempat menawarkan untuk terus berjalan turun ke desa, tapi saya merasa sudah terlalu lelah. Akhirnya kami memutuskan mendirikan tenda di jalur, agar jika ada yang lewat, kami bisa mendengar langkah mereka.
Sampai tengah malam, kami belum bertemu siapapun. Sementara beberapa rekan mengirim pesan, menanyakan apakah benar kami sudah bersama tim SAR sebab mereka mendapat kabar demikian. Kenyataannya, kami tidak bersama siapa-siapa.
Baru pada jam 7 pagi, seorang bapak berteriak “Assalamualaikum”. Mendengarnya, saya langsung sumringah.
Pak Arifin, Tim SAR, dan seorang temannya memang menjemput kami. Dia membawa gas dan mi instan, tapi sayangnya kompor kami berbahan baka spritus, bukan gas. Jadilah mi instant itu kami makan dengan air dingin.
Saya sempat ceritakan mimpi saya pada Pak Arifin dan dia membenarkan petunjuk pada mimpi itu. “Kalau kalian terus ikuti jalur itu, sekitar 2 jam kalian akan sampai di desa,” katanya.
Saya lalu ingat pada pesan Susiono yang menyuruh kami kembali. “Sial!” batin saya. Tapi sudahlah. Setidaknya kami sudah aman saat itu.
Usai makan, kami berbenah dan merapikan tenda. Kami harus berjalan sekitar lebih dari satu jam untuk mencapai tenda Pak Arifin. Dia memutuskan berjalan duluan agar bisa menyiapkan makanan.