Meskipun biayanya cukup mahal, operasi DBS sangat membantu pasien untuk kembali merasakan hidup yang berkualitas. /Bisnis.com
Health

Mengembalikan Kualitas Hidup Penderita Parkinson

Tisyrin Naufalty Tsani
Senin, 21 September 2015 - 02:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Jika Anda pernah melihat seseorang kesulitan dalam berjalan dan tubuhnya nampak kaku, bisa jadi orang tersebut adalah penderita parkinson. Penyakit yang sering ditemui pada usia lanjut ini tidak menyebabkan kematian, tetapi kualitas hidup pasien akan sangat terganggu.

Meski agak tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia, Indonesia kini sudah menerapkan teknologi baru untuk mengatasi parkinson yaitu Deep Brain Stimulation  (DBS).

Dengan teknologi DBS yang sudah diterapkan sejak 2013, penderita parkinson di Indonesia mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi tubuhnya. Operasi DBS memang tidak menjamin kesembuhan bagi pasien parkinson, tetapi menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik karena gejala penyakit akan jauh berkurang atau menghilang.

Penyakit parkinson dipicu oleh suatu kondisi ketika otak kekurangan suatu zat bernama dopamin. Dopamin berfungsi mengirimkan sinyal dalam sistem saraf di otak. Dengan DBS atau operasi stimulasi otak dalam, sel tertentu di dalam otak dipicu agar dapat menghasilkan dopamin lagi.

DBS dilakukan dengan cara menanamkan sebuah chip di otak, chip tersebut terhubung dengan kabel ke baterai yang diletakan di bagian dada pasien sebagai sumber listrik.

Menurut dokter spesialis saraf dari Parkinson’s and Movement Disorder Center -Siloam Hospitals Kebon Jeruk Frandy Susatia, sekitar 35.000 pasien parkinson di seluruh dunia hingga saat ini sudah menjalani operasi DBS.

Chip akan tertanam seumur hidup di otak pasien, tetapi pada kondisi tertentu setelah beberapa tahun kemudian baterai yang menjadi sumber tenaga dari  chip harus diganti. “DBS ini tidak akan merusak otak,” katanya.

DBS akan membantu pasien untuk kembali mandiri karena umumnya penderita parkinson sangat bergantung kepada orang lain akibat kesulitan bergerak. Dengan menjalani operasi DBS, pasien akan jauh lebih mudah berjalan kaki atau bahkan berlari.

Penderita parkinson kerap mengalami gejala yaitu gemetar saat istirahat (tremor), gerakan lamban (bradykinesia), gerakan kaku (rigiditas), gampang jatuh, serta berjalan dengan langkah kecil dan cepat. Gejala lainnya cemas, pemarah, keringat berlebihan, kaki bengkak, pusing saat perubahan posisi, dan sebagainya.

Penyebab parkinson belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat penelitian yang memperlihatkan parkinson dipicu oleh faktor genetik dan lingkungan.

Penyakit ini lebih banyak muncul pada rentang usia 60-65 tahun, tetapi tak menutup kemungkinan mereka yang berada di usia produktif 30-40 tahun juga terkena parkinson.

Parkinson tidak akan menyebabkan penderitanya meninggal dunia, tetapi jika dibiarkan dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti penyumbatan pembuluh darah di kaki.

STADIUM

Terdapat beberapa stadium penyakit parkinson. Pada stadium pertama, penderita akan mengalami gerakan gemetar pada salah satu sisi bagian tubuh, sedangkan pada stadium kedua, gerakan gemetar akan terasa di kedua sisi tubuh.

Selanjutnya pada stadium ketiga, keseimbangan mulai terganggu. Saat memasuki stadium keempat, kognitif pasien juga terganggu. Sementara itu pada stadium kelima, penderita tidak mampu berdiri atau berjalan sehingga butuh perawatan khusus.

Dia menyarankan penderita parkinson untuk memahami penyakitnya, mengonsumsi obat secara teratur, rajin berolahraga, serta menghindari benturan di kepala untuk mencegah penyakit semakin parah.

Namun, pada fase tertentu ketika penyakit sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari pasien, operasi sebaiknya dilakukan.

Kondisi pasien parkinson membuatnya harus bergantung pada orang lain, karena itu alangkah baiknya jika penyakitnya dapat ditangani. “Keluarga juga ikut repot mengurusi pasien,” kata dokter spesialis bedah saraf dari  Parkinson’s and Movement Disorder Center-Siloam Hospitals Kebon Jeruk Made Agus M. Inggas.

Made menjelaskan tingkat keberhasilan operasi DBS mencapai 97% sehingga pasien maupun keluarga tak perlu khawatir. Hanya saja, ada beberapa hal yang harus dihindari oleh pasien yang telah menjalankan DBS misalnya menghindari berdekatan dengan microwave karena memicu kerusakan alat.

Meskipun biayanya cukup mahal, operasi DBS sangat membantu pasien untuk kembali merasakan hidup yang berkualitas. []

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro