Ilustrasi/Boldsky
Relationship

Suami Puber Kedua, Ini yang Harus Dilakukan Istri

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 31 Oktober 2015 - 10:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Kerap kali kita mendengar suami selingkuh ketika rumah tangganya telah memasuki usia matang. Sebagian besar orang langsung menuding bahwa suami yang melanggar komitmen kesetiaan tersebut tengah memasuki fase puber kedua.

SIMAK: Halloween, Hari Ini Asteroid Jumbo Dekati Bumi

Istilah puber kedua pada pria memang bukan hal yang asing di telinga masyarakat. Banyak yang beranggapan semua lali-laki ketika memasuki rentang usia 40-45 tahun akan mengalami periode puber untuk kali kedua.

SIMAK: Gara-gara Gaji, Mark Zuckerberg Ditegur Hakim

Namun, apakah puber kedua pada pria sebenarnya memang dapat terjadi secara medis? Atau, jangan-jangan hal tersebut hanya merupakan fenomena psikologis saja? Lantas, bagaimana cara sehat dalam menangani puber kedua agar hubungan rumah tangga tetap harmonis?

SIMAK: DEMO BURUH: Polisi Langgar UU dan Peraturan Kapolri

Psikolog dan praktisi hipnoterapi Liza Marielly Djaprie mengungkapkan, puber adalah sebuah fase perubahan dalam hidup yang terjadi secara drastis dan signifikan. Biasanya puber melibatkan gejala hormonal, perubahan fisik, serta emosional seseorang.

SIMAK: TARIF TOL NAIK: Ini Tarif Baru Jalan Tol Dalam Kota

Puber biasa terjadi pada usia remaja, baik pada laki-laki maupun perempuan.Nah, bagaimana dengan puber kedua? Menurut Liza, istilah tersebut sebenarnya hanya merupakan fenomena psikologi yang dialami seseorang sebagai bagian dari perubahan fase dalam hidupnya.

Setiap Manusia

Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan psikologi. Mulai dari fase anak-anak, remaja, dewasa muda, dan dewasa senior. Masing-masing pada fase perkembangan itu biasanya terjadi perubahan-perubahan besar, secara fisik, psikologis, maupun sosial.

Seseorang yang memasuki periode puber kedua biasanya berusia sekitar 40 tahun ke atas. Pada periode tersebut seorang pria biasanya telah memasuki masa dewasa dengan tingkat kematangan dan kemapanan hidup yang mumpuni.

Liza yang juga psikolog Klinik Kesehatan Jiwa Sanatorium Dharmawangsa itu mengatakan, rata-rata pria diasumsikan telah hidup dengan kondisi keuangan yang sudah stabil, serta jenjang karir, dan kehidupan keluarga yang mapan pada rentang usia tersebut.

Nah, ketika semua aspek kehidupan sudah cukup stabil, biasanya akan menimbulkan kejenuhan pada orang tersebut. Ketika kejenuhan sudah dirasakan, banyak yang mulai berulah, seolah ingin membuktikan diri bahwa dirinya masih sama hebatnya ketika remaja.

Kebanyakan pria ingin menolak kenyataan bahwa dirinya sudah mulai tua, dengan berusaha membuktikan performa dan penampilannya masih sama baiknya dengan saat dia masih remaja. Fase pembuktian diri itulah yang kerap disebut sebagai puber kedua.

Permasalahannya, untuk membuktikan diri tidak jarang seseorang melampiaskan pada hal-hal negatif seperti mencari sensasi seksual, atau tantangan lain sebagaimana pernah dirasakan semasa muda.

Iman

Liza menegaskan fase puber kedua sebenarnya bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Namun, semuanya kembali lagi, apakah orang tersebut memiliki akar iman, moral, norma, hubungan keluarga yang baik atau tidak, imbuhnya.

Dia mengatakan, solusi terbaik untuk menangani fase puber kedua adalah dengan menyadari bahwa dirinya telah memasuki fase tersebut dan mengomunikasikannya kepada orang terdekat, seperti pasangan atau orang tua, untuk dicarikan solusi yang tepat.

Misalnya, jika Anda sadar sudah terjadi perubahan misalnya, tiba-tiba Anda jadi sukadugematau ke kafe, komunikasikanlah dengan keluarga untuk dicari pemecahan masalahnya. Sebaliknya, keluarga pun harus memberi dukungan secara konstruktif.

Selain itu, cobalah untuk belajar mengerem hasrat liar. Masukkan unsur logika ketika Anda hendak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma. Pikirkan bagaimana caranya agar fase puber kedua Anda tidak berbalik menjadi destruktif.

Kalau tidak direm, kebiasaan itu akan terbawa terus-terusan. Kalau keluarga membiarkan begitu saja, dia akan bertumbuh menjadi orang yang negatif karena dia berpikir keluarganyafine-finesaja dengan kondisinya, jelas Liza.

Istri

Untuk istri, sebutnya, sebaiknya melakukan komunikasi yang intens dengan suaminya yang sedang memasuki tahap puber kedua tersebut. Jika diperlukan, buatlah komitmen kesepakatan untuk tidak melakukan hal-hal tertentu.

Jika memang ternyata suami sudah terlanjur bertindak melenceng terlalu jauh, ada baiknya pasangan tersebut pergi mencari pertolongan profesional, baik melalui psikolog, terapis, pemuka agama, maupun mediator lain.

Ada cara lain yang dapat ditempuh, yaitu dengan melampiaskan ke arah positif seperti olahraga, atau hal lain yang lebih produktif. Bisa juga dengan ikut kursus keterampilan seperti melukis atau musik, atau menggali peluang berbisnis.

Pada dasarnya saat memasuki masa puber, seseorang ingin dikenal dan diakui. Sebab, ini adalah masa-masa produktif.Nah, daripada diakui untuk hal-hal yang negatif, kenapa tidak melakukan sesuatu yang lebih produktif dan membawa dampak positif?

 

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro