Bisnis.com, JAKARTA - Jantung merupakan organ tubuh yang menjadi pusat peredaran darah karena berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh manusia. Ada berbagai penyakit yang berkaitan dengan jantung serta menyebabkan kematian. Namun, jenis penyakit yang paling umum adalah jantung koroner.
Saat ini, deteksi dini untuk mengenali penyakit jantung koroner bisa dilakukan melalui pemeriksaan yang dinamakan calcium scoring atau skor kalsium koroner. Melalui pemeriksaan skor kalsium koroner, akan diketahui berapa jumlah angka (scoring ) dari kalsium.
Semakin tinggi angkanya, artinya semakin banyak atau besar sumbatan atau stenosis yang terbentuk di pembuluh darah koroner jantung. Sumbatan itulah yang akan memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Bethsaida Hospital Raja Adil C. Siregar mengatakan sumbatan di pembuluh darah koroner jantung dapat terbentuk dari plak yang terdiri dari kolesterol serta kalsium.
Keberadaan sumbatan tersebut tidak selalu menimbulkan gejala sehingga dapat menjadi silent killer . Plak yang semakin menumpuk akan berbahaya karena dapat menyumbat aliran darah ke jantung, sehingga terjadilah penyakit jantung koroner. “Harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan,” katanya.
Salah satu metode pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah dengan skor kalsium koroner. Pemeriksaan skor kalsium koroner bersifat non invasif alias tidak melukai pasien. Selain itu, pemeriksaan tersebut juga tidak melelahkan, cepat, dan murah.
Sebelum pemeriksaan, pasien tidak perlu puasa ataupun mengecek fungsi ginjal terlebih dahulu.
Dokter Spesialis Radiologi Intervensi Bethsaida Hospital Jacub Pandelaki menambahkan pemeriksaan skor kalsium koroner pada dasarnya merupakan tahapan atau bagian dari pemeriksaan CT-scan.
“Namun, yang diperiksa hanya pada bagian jantung saja,” katanya. Jika ada penumpukan plak pada pembuluh darah koroner jantung, pada hasil pemeriksaan akan terlihat bagian berwarna putih.
PEMERIKSAAN
Seseorang yang sudah berusia di atas 40 tahun lebih rentan terkena penyakit jantung koroner. Itulah sebabnya, mereka yang sudah berusia 40 tahun ke atas diutamakan untuk melakukan pemeriksaan skor kalsium koroner.
Namun, bagi mereka yang gaya hidupnya buruk seperti perokok berat juga harus melakukan pemeriksaan lebih awal pada usia 35 tahun. Jika setelah pemeriksaan hasilnya memperlihatkan level normal atau angka 0, artinya belum ada penyumbatan yang berbahaya.
Namun, sebaiknya mereka yang mendapatkan hasil tersebut tetap harus mengontrol faktor risiko agar terhindar dari penyakit jantung koroner.
Dia juga menyarankan untuk tetap melakukan pemeriksaan ulang pada satu atau dua tahun setelahnya. Selanjutnya, apabila hasilnya mild atau ringan artinya ada penyumbatan tetapi sifatnya masih ringan.
Seseorang yang mendapatkan hasil semacam itu perlu mengonsumsi obat dengan tujuan memperlambat penumpukan plak. Selain itu, perlu juga mengontrol faktor risiko dan pemeriksaan ulang setahun mendatang.
Seseorang yang mendapatkan hasil moderate-significant dan sudah merasakan gejala spesifik serta mempunyai faktor risiko, sebaiknya mendapat penanganan lebih serius.
Faktor risiko untuk penyakit jantung koroner yang dapat diubah atau dikontrol yaitu merokok, kolesterol, obesitas, dan hipertensi. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, dan faktor genetik.
Usahakan untuk mengontrol faktor risiko agar terhindar dari penyakit jantung koroner. Gaya hidup yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner yaitu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak merokok, mengatur stres, mengawasi tekanan darah, serta teratur berolahraga.