Bisnis.com, JAKARTA - Siapa bilang kursus memasak hanya milik orang dewasa? Ternyata, kursus yang biasa diasosiasikan dengan para ibu atau perempuan dewasa ini mampu menarik minat banyak anak-anak.
Salah satunya gadis cilik bernama Kifa Isykariman (10). Dia sangat menikmati kegiatan belajar memasak di tempat kursus memasak untuk anak. Di kelas yang digelar Dapur Anak, Kifa bersama teman-teman sebayanya asyik membuat berbagai kreasi kue, cupcake, dan brownies.
“Senang banget. Aku dapat banyak menu baru yang gampang dimasak di rumah,” ujar gadis cilik yang mengidolakan Chef Ririn Marinka, salah satu juri program acara Master Chef.
Begitu pula yang dirasakan Rayn Aditya Pratama, murid kelas empat SD Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan. “Saya bikin cookies dan bistik. Alhamdulillah bisa. Waktu membuat cookies bentuknya jadi beda-beda sih, ada yang bulat ada yang oval. Agak susah, tapi kan didampingi gurunya.”
Minat sang anak pula yang mendorong Tjitra Ana Auliya mengirimkan anaknya, Chyka Anindyara Yasmine (8), mengikuti kelas memasak di Orenjie Culinary Course.
“Chyka dari kecil suka memasak. Saya jualan makanan setiap hari. Jadi, mungkin karena sering melihat saya memasak, dia ingin ikut juga. Dia senang,” kata sang ibu.
Demi kesukaan sang anak, Tjitra rela menyiapkan bujet sebesar Rp200.000 untuk pendaftaran serta Rp375.000 per bulan agar sang anak dapat mengikuti setiap kelas di lembaga kursus memasak.
Baginya, selain menopang ketertarikan anak, kursus memasak juga merupakan sarana ‘investasi’ untuk menyiapkan masa depan anak. “Kursus memasak memberikan skill pada anak-anak. Apalagi rencananya Chyka akan masuk SMK jurusan boga. Kursus ini sebagai persiapan untuk jenjang berikutnya,” katanya.
Tren belajar memasak khusus untuk anak mulai berkembang setelah munculnya program kompetisi para master chef cilik di sebuah stasiun televisi swasta beberapa tahun lalu.
Booming kompetisi Junior Master Chef di kalangan anak-anak telah membuka mata para pebisnis. Sejak itu, banyak dibuka kelas memasak khusus bagi anak.
Selain Dapur Anak dan Orenjie Culinary Course, di Jakarta ada Koki Kecilku, Girlsgogames, dan lainnya. “Karena program kursus memasak untuk anak masih sangat sedikit di Indonesia saat itu [2012],” ujar Joyce Thedjasurya tentang awal berdirinya Koki Kecilku yang dikelolanya.
Untuk menuntut ilmu di lembaga kursus memasak ini, setiap anak dikenai biaya sebesar Rp600.000 per bulan. Anak-anak yang dapat ikut serta kursus memasak sejak mereka mampu menggenggam, yaitu usia 3 tahun hingga beranjak remaja di usia 12 tahun.
Setiap bulan, anak akan mengikuti empat kali kelas memasak. Setiap kelas, diisi oleh maksimal 10 orang anak yang didampingi oleh dua orang pengajar. Masuk kelas memasak, anak-anak cukup bawa diri.
Semua bahan makanan dan peralatan memasak seperti loyang, alat ukur, dan lain-lain, sudah disediakan oleh lembaga kursus. Resep masakan juga disediakan. Hasil masakan setiap pertemuan dibawa pulang oleh peserta.
“Setelah satu tahun akan ada ujian,” kata Joyce.
Lain Koki Kecilku, lain pula Dapur Cilik. Jika Koki Kecilku menerapkan kelas per bulan dengan ujian pada akhir masa pembelajaran, di Dapur Cilik tidak. “Anak-anak mau datang hanya sekali pertemuan juga tidak apa-apa,” ujar pengelola dan pengajar Dapur Cilik Negin Diyanita.
Berawal dari hobi membuat kue, Negin yang hobi membuat kue memutuskan membuka kursus memasak untuk anak-anak bernama Dapur Cilik pada 2009. Kini, selain menggelar kelas, Dapur Cilik juga kerap menerima panggilan untuk mengajar memasak.
Di Dapur Cilik, masing-masing anak dikenai biaya Rp275.000 untuk setiap sesi pertemuan. Dalam satu sesi, Dapur Cilik membatasi maksimal 4 anak agar proses belajar lebih optimal.
Para anak diajarkan membuat berbagai jenis resep kue seperti kukis, brownis, muffin, dan lainnya. Namun, para anak juga dapat request belajar membuat masakan tertentu lainnya selain kue.
Meskipun sekali-kali anak-anak menghasilkan kue yang ‘gagal’, mereka tidak kecewa. Di tempat kursus, para pengajar sigap membantu anak untuk mengakali kue yang ‘gagal’ menjadi kue yang lain, atau membuat ulang. “Hal semacam itu menyenangkan untuk anak-anak. Mereka bereksperimen dan punya pengalaman baru.”
Anak juga dapat merasakan sensasi belajar memasak di mal besar seperti Lotte Aveneu atau Plaza Indonesia, yang dilanjutkan dengan kunjungan ke pabrik atau pusat pengolahan makanan, bersama Dapur Anak.
“Kami punya banyak sekali program yang bisa diikuti. Mulai dari kelas reguler hingga tingkatan lebih tinggi. Kalau libur seperti ini, ada pula paket liburan yang terdiri dari empat kali pertemuan,” ujar Awaludin Nugroho, Co-Founder Dapur Anak.
Dapur Anak menyediakan empat koki dan enam asisten untuk mengajari anak memasak. Setiap kelas dibatasi hanya 5—10 anak dengan biaya mulai Rp250.000—Rp1,3 juta per anak.
“Sejak berdiri pada 2008, lebih dari 200 orang tua sudah mendaftarkan anaknya di Dapur Anak. Kadang ada yang mendaftarkan satu anak, kadang lebih,” katanya. (Azizah Nur Alfi, Ipak Ayu Nurcaya , Tisyrin Naufalty T., Anggi Oktarinda)