Bisnis.com, JAKARTA - Siapa bilang kursus memasak hanya milik orang dewasa? Ternyata, kursus yang biasa diasosiasikan dengan para ibu atau perempuan dewasa ini mampu menarik minat banyak anak-anak.
Para penyedia jasa kursus sepakat tantangan utama menggelar kursus masak khusus anak terletak pada anak-anak itu sendiri, yang menjadi subjek pembelajar. Ada anak yang cepat bosan. Ada yang tidak bisa diam. Ada yang sangat antusias.
Namun, karena memang ditujukan untuk anak-anak, pengajar berusaha membuat kegiatan belajar memasak itu semenyenangkan mungkin.
Di sisi lain, pengajar juga harus ekstra hati-hati agar anak-anak tetap aman dengan peralatan memasak. Sebisa mungkin, khususnya ketika yang diajar masih berusia sangat belia, para pengajar menghindarkan penggunaan api.
Penggunaan benda tajam juga harus didampingi oleh orangtua. Karena berhubungan dengan anak-anak, para pengajar kursus memasak khusus anak harus berpengalaman di bidang pendidikan dan kuliner, serta suka dan mampu berinteraksi dengan anak-anak.
“Mengajar anak-anak berbeda [dengan mengajar orang dewasa]. Cara menjelaskannya berbeda. Bahasa yang digunakan harus lebih mudah dipahami dan dimengerti. Pengajar juga harus menggunakan contoh-contoh,” ujar pengajar utama Orenjie Culinary Course Depok, Ken Kinasih.
Para pengelola optimistis peluang bisnis kursus memasak untuk anak sangat terbuka lebar. Di samping jumlah kompetitor yang masih terbatas, tren perlakuan orangtua kepada anak belakangan ini turut mendorong perkembangan bisnis.
Saat ini, sebagian orangtua memang jauh lebih sadar tentang pentingnya pendidikan sejak dini bagi anak. Ada keccenderungan para orangtua sekarang untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya pada anak-anak untuk menggali potensi dan hobinya.
“Ke depan, peminatnya tidak hanya di Jakarta, tetapi berkembang hingga ke daerah,” ujar Joyce Thedjasurya, pemilik Koki Kecilku, optimistis. (Azizah Nur Alfi, Ipak Ayu Nurcaya, Tisyrin Naufalty T., Anggi Oktarinda)