Saat berada di Ouchi Juku, suhu bisa mencapai -2 derajat celcius. /Bisnis.com
Travel

Snow Festival: Merayakan Fuyu di Ouchi-Juku

Novita Sari Simamora
Minggu, 28 Februari 2016 - 00:50
Bagikan

Bisnis.com, OIJU-JUKU - Atap jerami dan tanah tempat kaki berpijak telah menjadi putih. Karpet salju menjadi pemikat bagi pengunjung dari negara yang hanya memiliki dua musim.

Kota Shimogo, tepatnya di Ouchi-Juku, telah menjadi tempat untuk merayakan Fuyu (Bahasa Jepang, artinya musim dingin) dengan menggelar perhelatan snow festival. Perhelatan ini telah dilaksanakan sejak 200 tahun silam.

Adapun jarak Ouchi—Juku—Tokyo sekitar 300 kilometer. Negeri Sakura ini memiliki empat musim tetapi keberadaan salju di Jepang sangat bergantung pada letak geografis. Hamparan salju di tanah akan banyak didapati pada bagian utara Jepang.

Kondisi geografis pun memungkinkan perhelatan snow festival di Ouchi Juku dengan memadu padankan kebudayaan tradisional Jepang. Bahkan, jerami pun dijadikan atap untuk melekatkan nuansa itu. Namun, saat musim dingin jerami hanya jadi alas bagi karpet salju.

Chief of Tourism Office Ouchi-Juku Hiroshi Asanuma mengungkapkan, terdapat 47 rumah tangga yang berperan dalam acara snow festival. Kegiatan tersebut pun diadakan pada minggu kedua Februari, tepatnya pada Sabtu dan Minggu.

Pada pembukaan snow festival Ouchi Juku, terdapat belasan pria hanya mengenakan celana putih mengarak obor keliling 47 rumah tradisional itu yang akan menjadi kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara.

“Setiap tahun, turis yang datang mencapai 10.000 orang dalam dua hari,” tutur Hiroshi, lalu menyeruput teh hijau hangat. Turis yang cukup sering datang saat festival berasal dari Taiwan, Thailand, Hong Kong, Indonesia, dan Malaysia.

Saat berada di Ouchi Juku, suhu bisa mencapai -2 derajat celcius. Ternyata, itu tak mengurangi antusias para mengunjung snow festival . Ada tradisi unik saat acara ini berlangsung yakni panitia membagikan mochi dan jeruk dari atap yang berselimut salju.

Makna dari pembagian jeruk dan mochi adalah untuk memunculkan semangat dan kepercayaan diri. Adapun makna jeruk dan mochi adalah harapan agar selalu dalam keadaan aman dan memiliki anak bagi yang belum memiliki anak.

Saat ini, bangunan di Ouchi-Juku merupakan bangunan bersejarah yang masuk dalam cagar budaya. Untuk merawat bangunan yang dominan terbuat dari kayu dan beratap jerami, masyarakat setempat menggelar gotong  royong untuk menjaga kualitas bangunan. Adapun pergantian atap baru, dilakukan setiap 15 tahun.

STATIONMASTER CAT

Bila masih berada di bagian utara Jepang, maka jangan lupa singgah ke Ashnomaki Onsen Station. Ini adalah stasiun kereta yang sangat terkenal ke berbagai penjuru, karena kucing menjadi kepala stasiunnya.

Bass adalah nama kucing pertama yang menjadi kepala stasiun di Ashinomaki Onsen. Saat ini usia Bass sudah mencapai 17 tahun, atau setara 100 tahun untuk manusia. Adapun Stasiun Ashnomaki Onsen dibangun pada 1927.

Petugas stasiun Koji Watanabe menuturkan keberadaan Bass di stasiun karena ada seorang anak yang meninggalkan kucing di stasiun. Menurutnya, sangat tidak diperbolehkan hewan dibawa masuk ke dalam kereta dan ke sekolah.

“Kucing ini ditinggalkan di kursi stasiun. Bass sudah pensiun, sekarang ada generasi kedua. Namanya, Love,” ungkap Watanabe.Bass adalah kucing jantan, sedangkan Love betina. Peran kedua kucing ini di stasiun kereta api telah menarik perhatian banyak masyarakat termasuk artis dan anak-anak muda dari negara lain.

Setiap hari ada ratusan orang yang sengaja berhenti di stasiun untuk melihat, mengambil gambar dan bila beruntung bisa berfoto bersama sambil menggendong.

Kepala Stasiun Ashinomaki Onsen Michiko Kobayashi mengungkapkan, kalau kucing ini tidak suka dipeluk dan digendong oleh orang-orang yang datang. Baik Bass maupun Love, kata Kobayashi, lebih suka duduk di kursi stasiun dan berjalan di sekitar stasiun.

Tidak bisa dipungkiri, bulu yang tebal membuat pengunjung gemas hendak menyentuh dan membelai.

Sebelum pensiun, Bass tampak gagah dengan topi pada kepala dan baju slim fit dengan lencana-lencana mungil. Kini peran Bass diambil oleh Love.

Love telah berusia 10 bulan. Cekatan. Memiliki lompatan yang ringan saat hendak naik dan turun kursi stasiun dengan cepat. Saat ini, Bass hanya bisa rebahan di atas bantal. Bass pun tak merespons setiap orang yang lalu lalang.

Perempuan yang berperan sebagai kepala stasiun itu pada awalnya tidak terlalu menyukai kucing. Namun, setiap aktivitas Kobayashi diperhatikan oleh Bass. Jika dia memeriksa tiket, maka kepala Bass akan melihat pemberi tiket yang pertama menyodorkan hingga paling belakang.

Kebersamaan yang membuat Kobayashi semakin menyukai kucing ini. Bahkan, dia mendokumentasikan setiap aktivitas Bass dan Love. Mulai dari berlari di tengah salju, makan, duduk di kursi stasiun, hingga tidur.

Bahkan, bila Kobayashi harus berhenti dari pekerjaan, dia tak rela melihat kucing ini berada di stasiun tanpa ada yang merawat. Untuk menjaga kesehatan, kucing yang berperan sebagai kepala stasiun maka dia tak memberikan makanan yang dimakan oleh manusia.

Sempat Kobayashi merasa bingung, siapa pihak yang mempublikasikan Stationmaster Cat  ke orang-orang di luar negeri, tetapi hal itu terjawab.

Setiap pengunjung yang datang selalu meng-update foto Bass dan Love saat berada di stasiun. Bahkan, ada yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat gerak-gerak hewan  berkaki empat tersebut.

Sejak ketenaran Stasionmaster Cat  peluang bisnis pun muncul. Stasiun yang telah berusia sekitar 80 tahun itu menjual souvenir kucing kepada setiap pengunjung yang mampir. Mulai dari foto-foto Bass dan Love, gantungan kunci, bantal dan gelas.

Alhasil, wisatawan tidak perlu bingung untuk mem berikan souvenir unik dari Negeri Mata hari Terbit kepada orang yang disayang.

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (28/2/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro