Boraks dan formalin paling banyak ditemukan pada produk tahu dan turunannya. /Bisnis.com
Health

Jajanan Sehat adalah Suatu Keharusan

Rezza Aji Pratama & Tisyrin Naufalty T.
Sabtu, 2 April 2016 - 23:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Persoalan jajanan sehat sebenarnya berfokus pada dua hal, yakni menyangkut higienitas dan kandungan zat dalam makanan tersebut.

Menurut Suratmono, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, masalah higienitas biasanya dipicu oleh pencemaran bakteri atau sanitasi yang buruk dalam proses pembuatan makanan.

Hal tersebut terjadi karena produsen jajanan—biasanya industri rumahan— pengetahuannya masih kurang soal pentingnya higienitas. Sementara itu, soal kandungan zat dalam makanan biasanya terkait dengan penyalahgunaan zat-zat berbahaya seperti pewarna tekstil hingga pengawet seperti boraks dan formalin.

“Empat sampai lima tahun lalu angkanya sangat buruk. Hampir setengah dari jajanan yang beredar bermasalah baik dari sisi higienitas maupun dari sisi penyalahgunaan zat berbahaya,” katanya. Namun, saat ini angkanya sudah sangat jauh menurun, yakni hanya 4%-6%, padahal pada tahun lalu sekitar 20% jajanan tidak sehat beredar di masyarakat.

Zat berbahaya yang paling banyak beredar itu, di antaranya adalah pewarna buatan atau pewarna tekstil yang jumlahnya mencapai 8%. Ada juga boraks dan formalin yang prosentasenya kini sekitar 4%-6%. Untuk pewarna, biasanya digunakan untuk makanan seperti gulali atau arum manis. Beberapa ditemukan juga pada produk es krim, sedangkan boraks dan formalin paling banyak ditemukan pada produk tahu dan turunannya.

Dengan semakin banyaknya orang tua yang menyiapkan dan membawakan bekal buat anak-anaknya, Suratmono mengatakan kegiatan itu bisa menghindarkan anak-anak sekolah dari jajanan yang tidak sehat. Namun, perlu diperhatikan pula faktor kebersihan dan kandungan gizi dari bekal yang diberikan. Usahakan gizinya lengkap, ada karbohidrat, protein, sayur dan buah.

Begitu juga dengan tempat makanannya juga harus higienis. Seperti yang disampaikan Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Eni Gustina, sebaiknya bekal makanan tersebut mengandung gizi makro dan mikro. Artinya, sebisa mungkin mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral.

Ini penting untuk mengenalkan pola hidup sehat kepada anak-anak sejak dini. Jika anak terbiasa mengkonsumsi makanan sehat, secara otomatis standar gizi makro dan mikronya dapat terpenuhi. Ke depannya, masalah kekurangan gizi bisa teratasi.

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (3/4/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro