Bisnis.com, JAKARTA – Sutradara ternama Indonesia, Garin Nugroho, menerima lencana tanda jasa Chevalier dans l’ordre des Arts et Lettres dari Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Corrine Breuzé di kediaman duta besar, Jakarta, Selasa (26/4/2016).
Penghargaan tersebut merupakan suatu tanda kehormatan Seni dan Sastra dari Kementerian Kebudayaan dan Komunikasi Republik Prancis untuk diberikan kepada tokoh-tokoh Indonesia yang berperan dalam memperkuat hubungan dan mendorong lahirnya berbagai kerja sama antara Prancis dan Indonesia.
Breuzé mengungkapkan penghargaan ini merupakan sebuah pengakuan atas karir cemerlang Garin Nugroho di bidang budaya dan kontribusi besarnya dalam pengembangan industri sinema di Indonesia, sebuah industri yang sangat diapresiasi di Prancis.
“Garin Nugroho memiliki jalinan dengan Prancis karena dua karyanya masuk nominasi Un Certain Regard di Festival Film Cannes, yang pertama pada 1998 untuk film Daun di Atas Bantal dan yang kedua pada 2006 untuk film Serambi. Dua kali nominasi ini membawa namanya ke dunia internasional dan menjadikannya tamu rutin festival film paling bergengsi di dunia,” bebernya.
Dimulai sejak usia 19 tahun, Garin telah diakui oleh seluruh insan perfilman sebagai pemimpin generasi baru sutradara Indonesia dalam mendorong industri perfilman Indonesia. Publik menyukai sisi puitisnya dan kepeduliannya pada estetika dalam tulisannya yang sarat dengan pesan sosial dan politik. Garin Nugroho juga memiliki visi pribadi terkait dengan multikulturalisme, politik dan komunikasi, yang dia sebut sebagai “Indonesia Baru”.
Garin Nugroho mengatakan penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi untuknya selama 35 tahun perjalanannya di dunia sinema. Usianya yang semakin menua membuatnya tidak patah semangat memajukan industri perfilman Indonesia saat pemerintah tidak mendukung.
“Saya sudah berkecimpung selama 35 tahun, dan angka ini cukup besar artinya bahwa karya-karya yang saya buat sudah mencakup keseluruhan yang ada di dunia ini mulai dari politik hingga romantisme lalu mulai era 1920 hingga tahun ini semua sudah saya tuangkan ke film,” ujarnya.
Dirinya sangat senang menerima penghargaan ini karena 35 tahun pembelajaran akan film tidak pernah padam. “Banyak generasi muda yang terus semangat menghasilkan film berkualitas dan ini harus terus didukung,” ucapnya.
Telah diketahui, sejak masa kuliah di Institut Kesenian Jakarta hingga menimba ilmu politik di Universitas Indonesia membuat film-film dokumenter dan film-film pendek yang menjadikan namanya disegani di dunia sinematografi Indonesia.
Pada 1991, Garin Nugroho memulai karirnya sebagai sutradara dengan film “Cinta dalam Sepotong Roti”. Berkat film tersebut Garin meraih enam Piala Citra, salah satunya untuk kategori film terbaik Festival Film Indonesia 1991.
Sejak saat itu, dia sering mengikuti festival-festival film internasional dan meraih banyak penghargaan. Para kritikus dan masyarakat pecinta film mengakui bakat dan karya Garin Nugroho yang luar biasa, selama bertahun-tahun.
Ia bahkan pernah diminta Pemerintah Austria untuk membuat sebuah film dalam rangka peringatan ulang tahun Mozart yang ke-250 tahun, berjudul “Opera Jawa”. Film tersebut kemudian diadaptasi oleh Garin menjadi sebuah pertunjukan teater pada tahun 2008, kemudian ditampilkan di Swiss.