Busana Kain Negeri di JFFF 2016/Reni Efita Hendry
Fashion

JFFF 2016: 6 Desainer Ini Berkreasi dengan Kain dari Indonesia Bagian Barat

Reni Efita
Kamis, 5 Mei 2016 - 14:34
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Enam perancang mode ternama memperagakan busana hasil kreatif mereka yang mengelola kain-kain Nusantara dari Indonesia Bagian Barat menjadi busana yang high fashion waktu pembukaaan rangkaian Fashion Festival, JFFF 2016, Rabu sore (4/5//2016).

Keenam perancang mode anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) itu adalah Chossy Latu, Ghea Panggabean, Hian Tjen, Itang Yunasz, Priyo Oktaviano,  dan Didi Budiardjo.

Setiap desainer menampilkan kain dari Indonesia Bagian Barat yang berbeda yang diharapkan menjadi inspirasi pecinta fashion dalam mengenakan wastra Nusantara.  

Chossy Latu mengangkat kain songket Minangkabau yang dominasi warna gold. Songket itu dipadukan dengan warna hitam dan ada pula yang dipadukan dengan lace pada bagian dada.

Chossy mengangkat tema Poise of Minangkabau. Desainer yang memiliki signature style sophisticated, clean, dan elegant itu menampilkan koleksi bernuansa high fashion namun tetap dapat dikenakan kapan saja.

Lalu dilanjutkan dengan Ghea Panggabean yang sudah lama jatuh cinta dengan kain jumputan Pelangi Palembang yang didominasi warna merah  marun. Motif kain jumputan itu diaplikasikan dalam bohemian yang menjadi cir khasnya serta dipadukan dengan nuansa etnik yang terinspirasi dari budaya suku Mentawai. Untuk menambah sentuhan masa kini, tampil styling yang lebih bernuansa modern dengan detail pernik kerang dan motif tribal.

Perjalanan dilanjutkan ke Banten. Hian Tjen mengolah kain tenun Baduy digabung dengan kain Garut untuk merancang busana dengan cutting  a la tradisional Korea Selatan yang bernuansa modern.

Beda lagi dengan Itang Yunasz yang mengangkat kain tenun troso dari Jepara.   Kain troso yangbermotif garis-garis itu dirancang dalam bentuk blus yang dipadukan dengan celana panjang, gaun panjang yang diberi sentuhan aplikasi motif bunga, serta tambahan bahan polos. “Saya mengangkat kain tenun dari Jepara yang pewarnaannya dengan memakai teknik disemprot waktu  kain masih ditenun,” kata Itang setelah acara peragaan busana, Rabu malam (4/5/2016).

Lalu Priyo Oktaviano mengangkat kain Lurik Arik yang beasal dari Jawa. Priyo merancang busana dengan menggabungkan motif garis-garis lurik, sehingga membentuk perpaduan yang indah. Untuk memadukan motif gari-garis itu diperlukan satu ketelitian agar garis-garis bisa bertemu.

Prio menghadirkan beberapa gaya mulaid ari kemeja dipadukan dengan celana sarung, celana pipa lurus dengan blus asimetris hingga over size dress.

Kemuda Didi Budiardjo mengangkai kain dari Jawa Timur. Dia mengaplikasikan kain Tenun Gedog khas Tuban. Kain tenun Gedog yang warna buri tua itu dipadukan dengan denim, sehingga memberi kesan modern. Kain Gedog yang bermotif batik itu ditempatkan pada fokus dari busana tersebut.

Keenam perancang mode tersebut mengolah kain-kain Indonesia Bagian Barat untuk gaun-gaun yang mewah yang dipakai untuk acara pesta mau pun pada acara sehari-sehari, tergantung padupadannya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Efita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro