Bisnis.com, JAKARTA - WS Rendra tak pernah pergi. Meski telah meninggal pada 2009, tetapi gagasan, kritik, dan perlawanannya terus hidup di benak sahabat, anak didik, dan masyarakat Indonesia.
Melalui Konser Musikalisasi Puisi Kesaksian Rendra di Altar Teater Amphi Taman Ismail Marzuki, Jakarta, daya hidup Si Burung Merak seolah kembali 'hadir'.
Aktris teater Sha Ine Febriyanti ikut membacakan sajak Nyanyian Angsa karya WS Rendra, Selasa (9/8/2016) malam itu. Penonton terbius selama kurang lebih 30 menit pada sajak yang tersusun atas 11 halaman. Melalui gerak tubuh, cara bertutur, ritme suara, Ine sukses menyampaikan perasaan terpinggirkan tokoh utama, Maria Zaitun, sang pelacur.
Ine mengatakan, tak ada teknik khusus pada penampilannya yang membius penonton malam itu. Dia hanya menerapkan pesan sang guru, WS Rendra, ketika pentas di atas panggung. Hal ini diperolehnya saat latihan pementasan teater Nyai Ontosoroh selama enam bulan pada 2006 silam.
"Pesan Mas Willy [WS Rendra] agar hadir dan mengalir. Tidak mengejar bentuk, tetapi mengejar kehadiran dan percayakan pada kehidupan," tuturnya usai pementasan mengenang 7 tahun kepergian Rendra.
Bagi Ine, WS Rendra merupakan guru yang sangat rendah hati dan menghargai kehidupan. Dari Si Burung Merak ini, Ine belajar menghargai kehidupan.
"Mas Willy banyak mengajarkan filosofi kehidupan," imbuhnya.
Sahabat sekaligus pendiri Bengkel Teater Rendra, Iwan Burnani, menyampaikan daya hidup Rendra masih terasa hingga saat ini. Terbukti Bengkel Teater Rendra masih menjadi tempat berkarya para seniman. Tidak jarang Bengkel Teater Rendra menjadi tempat berkumpul, bahkan menginap para seniman. Dari tempat inilah karya-karya berikutnya lahir.
“Bengkel Teater Rendra tidak mati. Rendra boleh sudah mati, tetapi karyanya tidak pernah mati,” tuturnya.