Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kelahiran tahunan di Jepang diperkirakan turun hanya kurang dari satu juta pada tahun ini, angka terendah pertama sejak data kelahiran tersedia pada 1899.
Keadaan itu mencerminkan masyarakat menua dengan cepat dan biaya perawatan anak semakin tinggi, kata media Jepang pada Kamis (22/12/2016).
Seluruh kelahiran tahun ini diperkirakan antara 980.000 hingga 990.000 jiwa, kata harian niaga "Nikkei" dan Kantor Berita Kyodo, yaitu turun tipis daripada tahun lalu dengan jumlah kelahiran di atas satu juta.
Kyodo mengutip sumber tanpa nama di pemerintah, sedangkan Nikkei tidak menyebut sumber beritanya.
Rekor kelahiran tertinggi terjadi pada 1949, yaitu 2,6 juta jiwa.
Jumlah perempuan berusia 20-30 tahunan sekitar 13,6 juta pada Oktober atau 20 persen lebih kecil dibandingkan satu dasawarsa yang lalu, disebut sebagai faktor penting dalam penurunan kelahiran, menurut Nikkei, sehingga angka kesuburan rata-rata juga rendah.
Angka kesuburan rata-rata di Jepang pada 2015 adalah 1,45, naik 0,03 titik dari tahun sebelumnya, terkait perekonomian yang membaik dan mencapai puncak tertinggi bila dibandingkan dengan keadaan terendah pada 2005 yaitu 1,26 namun masih jauh dari target pemerintah untuk mencapai 1,80.
Jepang akan menghadapi penurunan jumlah penduduk secara alamiah tahun ini.
Kabinet Jepang, Kamis (22/12/2016), menyetujui pengeluaran anggaran sebesar 830 miliar dolar pada tahun anggaran 2017 termasuk untuk program pendukung bagi anak.
Kementerian Kesehatan Jepang diperkirakan menyiarkan perkiraan jumlah kelahiran pada pekan ini.