Bisnis.com, JAKARTA – Bagi sejumlah orang tua menyekolahkan anak ke sekolah internasional atau sekolah pendidikan kerjasama (SPK) adalah upaya memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya. Namun sebelum itu, ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait hal tersebut.
Psikolog Ayoe Sutomo mengatakan, ketika orang tua memutuskan anaknya bersekolah di sekolah internasional maka harus menerima anaknya itu akan bertemu dengan teman-temannya yang berasal dari berbagai latar bangsa dan budaya. “Oleh sebabnya orang tua harus siap dengan pola pikir anak yang sangat berbeda dan terbuka,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (2/6/2017).
Namun, tambah Ayoe, si anak juga mesti diberi bekal pemahaman dan pengenalan terhadap tradisi dan budaya ketimurannya sendiri. Sehingga ketika berhadapan dengan budaya-budaya luar si anak telah membentengi dirinya dengan bekal budayanya sendiri. Sebab tidak menutup kemungkinan, ada budaya-budaya di luar sana yang bertentangan dengan budaya di Indonesia.
“Si anak juga harus disiapkan dengan bekal keagamaan dan pemahaman terhadap tradisi ketimuran agar mereka tidak terbawa dengan budaya-budaya luar yang berlawanan dengan tradisi ketimuran,” ujarnya.
Ayoe menambahkan, orang tua harus menelaah terlebih dahulu tujuan menyekolahkan anaknya ke sekolah internasional. Jika tujuannya ingin si anak memiliki wawasan internasional. Makau harus dibuat kesinambungan jenjang pendidikannya. Mulai dari tingkat dasar hingga kuliah berlabel internasional.
“Tetapi jika ingin sekolah dasarnya internasional, kemudian di jenjang pendidikan berikutnya dalam negeri maka harus dipikirkan salah satunya berkaitan dengan psikologisnya. Sebab dari sekolah internasional kemudian ke sekolah nasional, si anak akan berhadapan dengan situsi berbeda.”