Kabar24.com, JAKARTA - Makanan yang sehat dan bergizi tinggi merupakan asupan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia baik dari usia balita hingga manula.
Berdasarkan laporan Global Nutrition Report Independent, kondisi gizi 17,8% anak balita di Indonesia berada di bawah standar WHO.
Padahal, persentase jumlah penduduk miskin pada September 2016 hanya 10,70%. Maka jelas, bukan kemiskinan saja yang menjadi faktor kurangnya konsumsi makanan sehat dan bernutrisi di Indonesia.
Baca Juga 22 Kawah Dieng Perlu Diwaspadai |
---|
Salah satu faktor dari kurangnya konsumsi makanan bernutrisi adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran.
Bagi masyarakat perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi, makanan cepat saji menjadi pilihan menarik. Mudah dijangkau, rasa, dan aroma yang menggoda menjadi alasan yang tak terelakkan.
Bukan hanya itu, cemilan dan minuman siap minum pun tak kalah menggoda, padahal makanan-makanan tersebut dapat berakibat buruk bagi kesehatan.
Melihat fakta tersebut, mahasiswa/i jurusan Food Technology (Teknologi Pangan) Swiss German University mengaplikasikan langsung ilmu yang mereka dapat di bangku kuliah kepada masyarakat mengenai makanan sehat dalam Food Nutrition Project yang melingkupi 5 (lima) kegiatan menyeluruh bagi kelompok balita sampai manula dengan tujuan utama untuk peningkatan kesadaran nutrisi.
“Bukan hanya kompetensi mahasiswa yang ingin kami tingkatkan melalui program ini, tetapi juga kesadaran sosial. Dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat, para mahasiswa menjadi tahu apa yang akan mereka hadapi selepas menjalani bangku perkuliahan,” kata Maria Dewi P.T. Gunawan Puteri, Ketua Jurusan Food Technology Swiss German University.
Program ini terbagi kedalam 5 kelompok Mahasiswa dengan topik yang berbeda dari berbagai lapisan masyarakat, antara lain kesadaran akan makanan sehat di lingkungan mahasiswa, promosi masakan rumah di PAUD Seruni IX, kesehatan mulut di desa Ciater BSD, pentingnya makanan bernutrisi di Yayasan Pintu Elok, dan bagaimana menjaga kondisi kesehatan untuk lansia di Pondok Lansia Berdikari.
Baca Juga IHSG Kembali Perbarui Rekor Tertinggi |
---|
Dalam salah satu proyek yang merupakan kegiatan tahunan mahasiswa semester 4 ini, dilakukan survei kepada 44 mahasiswa usia 17-22 tahun yang tinggal bersama orang tua di rumah dan tinggal sendiri di asrama.
Temuan yang mereka dapat adalah adanya gaya hidup tidak sehat dikarenakan kesibukan atau jadwal yang padat, sehingga akan lebih mempersingkat waktu jika mereka mengkonsumsi makanan cepat saji, sebanyak 1 sampai dengan 2 kali dalam satu minggu.
Kemudian, dikarenakan metabolisme yang cepat, mahasiswa tersebut sering mengkonsumsi camilan yang tidak sehat dan juga minuman dengan kandungan gula yang tinggi, dan yang terakhir, mahasiswa sering mengabaikan pentingnya konsumsi buah sebagai sumber vitamin yang harus dimakan setiap hari, dimana kebanyakan dari mereka hanya konsumsi 1 buah per pekan.
Beberapa akibat dari konsumsi makanan cepat saji dan instan adalah diabetes, gangguan pencernaan, mudah lelah, depresi, hipertensi, jantung tersumbat hingga kolesterol.
Konsumsi gula berlebih meningkatkan risiko obesitas dan gangguan rongga mulut. Begitu pula dengan manusia yang kurang konsumsi buah akan kekurangan vitamin, mineral bahkan nutrisi, sehingga dapat menyebabkan osteoporosis, kulit kusam, rentan terpapar flu dan masih banyak penyakit yang bisa menyerang.
Tubuh manusia membutuhkan 400 gram atau bahkan 2 sampai 4 porsi buah dan 3 sampai 5 porsi sayuran per hari. Setiap buah mengandung berbagai vitamin dan mineral inilah alasan mengapa kita perlu mengkonsumsi setidaknya 2 atau lebih jenis buah dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan kita.