Ilustrasi/Istimewa
Health

Ini Manfaat Teknologi VR bagi Kesehatan

Wike Dita Herlinda
Senin, 25 September 2017 - 17:42
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak orang yang menilai permainan realitas maya (virtual reality/VR) tidak memiliki banyak manfaat. Padahal, teknologi tersebut dapat digunakan sebagai terapi kesehatan untuk menghilangkan rasa sakit.

Permainan realitas maya dapat mengalihkan perhatian seseorang dari rasa sakit. Lebih dari itu, sebuah penelitian baru mengindikasikan teknologi VR dapat memicu perubahan di sistem saraf dan otak yang berfungsi memrogram ulang cara seseorang dalam merespons rasa sakit.

Peneliti Woodrow Wilson School of Public and International Affairs di Princeton University New Jersey, Anita Gupta, mengatakan teknologi VR memang dapat digunakan untuk terapi gangguan psikologis.

“Meskipun demikian, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas penggunaan realitas maya. Akan tetapi, teknologi ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan sebagai instrumen penyembuh rasa sakit yang menjanjikan,” ujarnya, dikutip dari Reuters.

Sebenarnya, teknologi realitas maya telah ada selama puluhan tahun. Teknologi ini pertama kali aktif digunakan sebagai peralatan simulasi penerbangan oleh awak militer.

Awalnya perangkat VR berukuran sangat besar, tetapi saat ini teknologi ini sudah semakin murah dan dapat diproduksi dalam ukuran kecil untuk berbagai penggunaan medis; mulai dari perawatan luka, terapi fisik, pereda nyeri gigi, hingga terapi luka bakar.

Saat ini teknologi realitas maya dapat digunakan melalui ponsel pintar dan headset khusus. Banyak orang memanfaatkannya sebagai program permainan yang memungkinkan pengguna untuk merasakan pengalaman tiga dimensi maya yang tampak begitu nyata.

Anita dan timnya melakukan empat percobaan terhadap beberapa pasien yang diminta untuk menggunakan teknologi VR sebagai terapi pereda sakit. Para periset tersebut juga meneliti dua hasil riset perdana tentang pemanfaatan realitas maya untuk kesehatan.

“Selain digunakan untuk terapi pereda rasa sakit akut, teknologi VR dalam studi kami digunakan untuk rasa sakit kronis seperti sakit kepala atau fibromyalgia. Dalam terapi ini, teknologi VR digunakan bersama dengan terapi lain seperti mekanisme biofeedback dan terapi perilaku kognitif,” jabarnya.

Masing-masing percobaan dilakukan secara bersamaan. Hasilnya mengindikasikan bahwa teknologi realitas maya dapat sebagai terapi conditioning dan exposure; yaitu terapi yang mengakibatkan pasien mengubah cara mereka merespons rasa sakit.

“Bagaimanapun riset ini harus dilakukan pada kelompok pasien dalam jumlah yang lebih besar untuk benar-benar mengukuhkan temuan bahwa teknologi realitas maya memang dapat digunakan sebagai pereda rasa sakit,” lanjut Anita.

Sejauh ini, riset yang dilakukan Anita dan timnya membuktikan bahwa pemanfaatan terapi realitas maya untuk meredakan rasa sakit dapat membantu pasien mengurangi ketergantungan mereka terhadap pil painkiller.

Di lain pihak, penelitia dari Chalmers University of Technology di Swedia, Max Ortiz Catalan, berpendapat pasien harus diberi pengertian bahwa teknologi VR hanyalah instrumen perantara dan bukanlah inti dari terapi itu sendiri.

“Sebab Anda tidak bisa membuat resep realitas maya. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana teknologi tersebut digunakan secara tepat sebagai alat terapi,” ujarnya.

Selain sebagai pereda rasa sakit, berbagai riset medis di banyak negara membuktikan teknologi realitas maya dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit tanpa ketergantungan pada obat-obatan.

Misalnya saja untuk mengobati phobia dan menurunkan rasa takut secara signifikan, terapi autisme, mengatasi kecanduan narkoba, serta meningkatkan keseimbangan pada penderita glukoma.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro