Ilustrasi demesia/usdoj.gov
Health

Mengenali Gejala Demensia Sejak Dini

Wike Dita Herlinda
Minggu, 1 Oktober 2017 - 06:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Mungkin kita pernah mendengar kisah seorang manula yang ‘ditelantarkan’ oleh keluarganya di panti jompo karena dianggap beban. Ada yang beranggapan merawat manula merepotkan karena pikun dan kurang mandiri. Apalagi, jika orang tua tersebut mengalami demensia.

Tanpa disadari, demensia telah menjadi salah satu krisis kesehatan dan sosial global yang sangat signifikan pada abad XXI. Penyakit tersebut disebabkan oleh gangguan otak yang berakibat pada turunnya daya ingat dan kemampuan mental.

Berdasarkan data Alzheimer’s Disease International (ADI), pada 2017 terdapat sekitar 50 juta manusia yang hidup dengandemensia di seluruh dunia. Angka tersebut diproyeksi melonjak menjadi 132 juta orang pada 2050 jika tidak ada insiatif penanggulangan risiko yang efektif.

CEO ADI Paola Barbarino mengatakan diagnosis demensia acapkali terlambat dilakukan. Menurutnya, saat ini tanpa disadari setiap tiga detik terdapat satu orang terkena Alzheimer karena rendahnya pemahaman masyarakat tentang penyakit demensia.

Dia menambahkan untuk meningkatkan kesadaran tentang demensia, WHO mencanangkan program Global Plan Action on the Public Health Response to Dementia 2017—2025 guna mendorong pemerintah untuk meningkatkan kesadaran, deteksi dini, dan diagnosis demensia.

“Namun, baru sekitar 30 dari 194 negara anggota WHO yang telah mengembangkan rencana penanggulangan risiko demensia. Pemerintah setiap negara harus bertindak sekarang juga untuk menerapkan rencana dan kebijakan guna mengurangi epidemi global,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia Sukrayuki mengatakan di Indonesia sebenarnya pemerintah telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Demensia pada Maret 2016 guna meningkatkan kesadaran penyakit tersebut di tengah masyarakat.

“Indonesia telah menjadi panutan untuk kampanye peningkatan kesadaran demensia di Asia Pasifik, berkat kolaborasi dengan semua pihak, baik itu di pemerintah pusat dan daerah, perusahaan swasta dan BUMN, yang bersama-sama untuk tidak maklum dengan pikun.”

Dia menjelaskan di Indonesia masih banyak stigma dan kesalahpahaman seputar penyakit demensia. “Untuk itu sangat penting bagi masyarakat agar menyadari dan mengenali gejala demensia sehingga paham dampaknya dan atahu apa yang harus dilakukan saat menghadapi orang dengan penyakit tersebut.”

Sakurayuki menyarankan agar masyarakat lebih memperhatikan gejala-gejala demensia dan segera mengecek kondisi individu yang bersangkutan ke dokter ahli untuk mendapatkan pertolongan sedini mungkin.

Dia menjabarkan demensia secara umum memiliki 10 gejala. Salah satu yang paling mudah dideteksi adalah gangguan daya ingat. Selain itu, pengidap demensia biasanya sulit melakukan kegiatan yang bersifat familiar.

Gejala selanjutnya adalah gangguan komunikasi, serta disorientasi waktu dan tempat. Adapun, tanda-tanda lain yang juga perlu diperhatikan adalah kesulitan membuat keputusan, sulit fokus, menaruh barang tidak pada tempatnya, perubahan perilaku dan kepribadian, kesulitan memahami hubungan antara visual dan spasial, serta menarik diri dari pergaulan.

Paola dari Alzheimer Indonesia menambahkan penyakit demensia di Indonesia bisa membawa kerugian ekonomi yang cukup signifikan. Pada 2050, beban biaya akibat demensia diprediksi menembus Rp30 triliun.

“Hal ini terjadi akibat hilangnya penghasilan bagi pasien demensia dan biaya yang dikeluarkan untuk merawat serta membeli obat-obatan,” jelasnya.

Dia menambahkan penelitian mengenai penyakit demensia juga membutuhkan investasi besar, tetapi harus menjadi prioritas agar memberikan dukungan bagi mereka yang hidup dengan penyakit tersebut, serta kalangan yang akan terpapar dalam beberapa dekade ke depan.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro