Hoax1/Istimewa
Fashion

27 Seniman Kontemporer Soroti Fenomena Hoax di Ajang Biennale Jatim 7

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 14 Oktober 2017 - 14:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Para seniman kontemporer Surabaya kembali berkumpul untuk menggelar Biennale Jatim 7 pada 9—22 Oktober di Galeri Prabangkara, Taman Budaya Jawa Timur. Adapun, tema yang disorot untuk tahun ini adalah World Is a Hoax.

Manager Program Biennale Jatim 7 Risya Ayudya menjelaskan hoax merupakan fenomena sosial yang tengah mengejewantah di tengah masyarakat, dan perlu diangkat sebagai titik eksplorasi di dunia seni.

“Setiap karya yang ditampilkan diharapkan merespons setidaknya tiga hal; pertama, konsumsi informasi yang membeludak; kedua, di era reproduksi digital yang memungkinkan; ketiga, leburnya batas antara fakta dan fiksi serta yang nyata dan yang virtual,” tuturnya.

Hoax, kata Risya, adalah sebuah diksi yang memiliki makna negatif dan dapat menimbulkan situasi chaos atau kekacauan. Menurutnya, tema ini kian populer seiring dengan seringnya penggunaan hoax di ruang-ruang komunikasi hipersensitif yang bernama media sosial.

Dengan bersembunyi di balik benteng identitas semu di media sosial, siapapun dapat memuntahkan hasrat berkomunikasi secara serampangan dan dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja, dari mana saja.

“Di ruang inilah segala bentuk bujuk rayu dan tipu daya membombardir setiap detik melalui perhitungan algoritma yang rumit. Informasi berkeliaran bebas tanpa dasar, tanpa arah, dan bahkan tanpa logika akal sehat,” tegasnya.

Celakanya, hoax membuat sebuah konteks menjadi nisbi dalam dunia maya. Apalagi, akses informasi di media siber begitu terbuka dan bersifat omnipresent. Jarak antara sebuah dusun di Lamongan dan sebuah kota di New York saja dapat terjembatani secara real time.

Akibatnya, semua orang bisa selalu melek perkembangan yang terjadi di belahan dunia manapun serta merasa berhak untuk beropini apapun. Pada akhirnya, mereka merasa bisa menjadi ‘tuhan’ yang mampu mengkreasikan realitas sujektifnya sendiri.

“Dalam bahasa Indonesia, hoax berarti olok-olok atau cerita bohong; dimana dalam realitas media sosial yang bertumpu pada imaji-imaji buatan, hoax makin mendapatkan ruang eksistensi yang luas, liar, dan tuna etika,” tutur Risya.

Dari situlah, lantas, para seniman yang tergabung dalam Biennale Jatim 7 mengutarakan pemikiran sinis mereka soal praktik pemelintiran fakta, serta penyuntingan gambar dan teks untuk tujuan tertentu yang saat ini semakin menjadi sebuah kelaziman di Indonesia.

Kurator Biennale Jatim 7 Ayos Purwoaji menambahkan fenomena hoax mengantarkan masyarakat di era digital menjadi individu-individu yang sensitif dan mudah larut dan hanyut dalam gelombang tipu daya, serta mudah tersulut emosinya.

“Masyarakat atau negara lantas mempertontonkan logika bawah sadarnya yang berpotensi destruktif terhadap apapun, seperti; menegasikan lawan atau malah memberangus pihank-pihak yang dianggap berseberangan,” ujarnya.

Karya-karya yang dihadirkan dalam pameran Biennale Jatim 7 merefleksikan bagaimana hoax hadir sebagai konten media baru yang memuat reproduksi visual dan tekstual yang saling tumpang tindih dan dipraktikkan untuk kepentingan suatu golongan.

Terdapat 27 seniman yang terlibat dalam pameran World Is a Hoax tersebut. Mereka a.l. Agan Harahap, Aji Prasetyo, Anton Ismael, Anwari, Beny Wicaksono, Cahyo Wulan Prayogo, Dukan Wahyudi, Dwi Januartanto, dan Fajar Riyanto.

Ada juga Farhanaz Rupaidha, Filastine, Gelar Soemantri, ICFAM, Imam Sucahyo, Indra P “Impoe”, Jopram, Julian ‘Togar’ Abraham, Nalta 097, Mufid Zulfatoni, Reza Zefanya, Rifandi Septian Nugroho, Suvi Wahyudianto, The Youngrrr, Tiada Ruang, Timoteus Anggawan Kusno, Toyol Dolanan Nuklir, serta WAFT-LAB.

Lebih lanjut, Ayos menjelaskan karya-karya dalam pameran tersebut menggambarkan bagaimana jagat berpikir manusia zaman sekarang telah dipenuhi oleh citra dan imaji yang bersifat imitatif.

“Pada titik yang paling jauh, kita bisa saja menuduh bahwa hoax adalah ‘anak kandung’ dari logikan masyarakat yang hidup di galaksi ‘media siber’ dengan segala implikasi sosialnya,” tegasnya.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro