Ilustrasi/Talkfeed.co.za
Health

KECUKUPAN ASI: Mendulang Manfaat dari Kacang Hijau

Wike Dita Herlinda
Minggu, 22 Oktober 2017 - 00:38
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Selama mengandung dan setelah melahirkan, salah satu hal yang kerap menyita pikiran para ibu adalah bagaimana menghasilkan air susu dengan lancar untuk asupan buah hatinya. Apalagi, tidak semua ibu beruntung dengan berkah ASI yang melimpah.

Tidak sedikit ibu yang mengonsumsi berbagai bahan pangan atau jamu-jamuan yang dipercaya memperlancar ASI. Namun, masih ada juga ibu yang enggan melakukan upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan ASI bayinya, dan lebih memilih susu formula.

Di tingkat global, angka pemberian ASI eksklusif saat ini masih terbilang rendah yaitu hanya 40%. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) merekomendasikan periode yang tepat untuk mengasupi nutrisi anak berdasarkan usia.

Periode tersebut a.l. bayi mulai menyusu dalam satu jam kehidupan, dan berlanjut mengonsumsi ASI eksklusif selama enam bulan. Adapun, pengenalan tepat pada makanan padat dan makanan pendamping ASI dilakukan hingga usia dua tahun atau lebih.

“ASI adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menjamin kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Sekitar 800.000 jiwa akan terselamatkan setiap tahun, jika anak disusui dalam waktu satu jam kelahiran dan terus hingga berusia 2 tahun,” kata dosen kebidanan di Universitas Muhammadiyah Tangerang Catur Erty Suksesty.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, proses pmulai menyusui di Indonesia terbanyak terjadi pada 1—6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam atau inisiasi mehusui dirini (34,5%).

Sementara itu, proses mulai menyusui terendah terjadi pada 7—23 jam setelah kelahiran (3,7%). Padahal, target pemberian ASI eksklusif untuk bayi berusia kurang dari enam bulan di Indonesia adalah 39%.

Berdasarkan provinsi, cakupuan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0—6 bulan tertinggi ada di Nusa Tenggara Barat (86,9%) dan terendah di Sulawesi Utara (26,3%). Dari 33 provinsi, sebanyak 29 di antaranya berhasil mencapai target 39% tersebut.

Sayangnya, masih ada provinsi-provinsi dengan tingkat pemberian ASI eksklusif yang cukup rendah. Menurut Catur, hal itu disebabkan oleh persepsi sebagian perempuan bahwa pasokan ASI mereka tidak mencukupi setelah melahirkan.

“Akibatnya, mereka memilih untuk menghentikan pemberian ASI. Hal inilah yang menjadi alasan utama para ibu berhenti memberikan ASI pada periode 1—4 pekan postpartum,” ujarnya.

Sementara itu, ahli kebidanan Marthia Ikhlasiah menjabarkan di seluruh dunia, prevalensi dari persepsi bahwa produksi ASI tidak mencukupi berbeda-beda setiap negara, berkisar antara 30% hingga 80%.

“Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan ASI salah satunya adalah makanan. Apa yang dikonsumi oleh seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui secara tidak langsung mempengaruhi mutu dan jumlah air susu yang dihasilkan,” tuturnya.

Lebih lanjut dia menjelaskanmanusia memiliki cadangan berbagai zat gisi yang dapat digunakan saat dibutuhkan. Namun, jika makanan ibu terus menerus tidak mencukupi kandungan gizinya, pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada tidak dapat bekerja dengan sempurna dan mempengaruhi produksi ASI.

KACANG HIJAU

Marthia mengatakan salah satu sumber energi yang dapat memacu peningkatan sekresi air susu ibu adalah kacang hijau (phaseolus radiatus). Bahan makanan tersebut merupakan galactogogue dengan kandungan karbohidrat yang sebesar 62%-63%.

Kacang hijau menandung lemak 0,7—1 gram/kg, yang terbagi atas 73% lemak tak jenuh da 27% lemak jenuh sehingga aman dikonsumsi. Adapun kandungan protein di dalam kacang hijau mencapai 20%-25%. Pada kacang hijau mentah, protein memiliki daya cerna 77%. Daya cerna yang tidak terlalu tinggi itu disebabkan adanya zat antigizi seperti antitrypsin dan tanin(polifenol).

Sementara itu, peneliti kebidanan Azimatudar berpendapat selain kacang hijau, bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI a.l. tanaman adas (foenicumum vulgar).

“Adas adalah tumbuhan yang dipercaya masyarakat di Jawa sebagai tanaman yang merangsang produksi ASI. Tanaman in banyak ditanam di Indonesia, India, Eropa, dan Jepang karena memiliki banyak manfaat,” katanya.

Dia menjelaskan daun adas mengandung flavanoid tinggi yang dapat mempengaruhi sistem endokrin dan fungsi hormon yang mempengaruhi produksi kelenjar susu. Baik kacang hijau dan adas, sama-sama memicu peningkatan hormon prolaktin pada ibu menyusui.

Penelitian terhadap manfaat kacang hijau terhadap produksi ASI belum lama ini dilakukan oleh PT Jukajo Sukses Mulia, yang berencana meluncurkan varian jus kacang pada akhir tahun ini.

Founder dan Commisioner Jukajo, Ida Rosida, mengungkapkan penelitan tersebut dilakukan dengan rancangan post test onlydengan format kelompok terkendali. Sampel dibagi menjadi dua grup, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Pada kelompok intervensi diberikan jus campuran kacang hijau dan daun adas. Sementara itu pada kelompok kontrol tidak diberikan jus. Masing-masing kelompok berisi 15 responden yang dipilih berdasarkan sistem simple random sampling.

Randomisasi dilakukan kepada ibu hamil yang ditafsirkan menjalani persalinan pada Juli—Agustus 2017 di BPM Kecamatan Negalsari Kota Tangerang. Adapun, pemberian jus dilakukan pada hari pertama hingga ke-14 postpartum.

“Masing-masing responden diperiksa kadar hormon prolaktinnya dan pada hari ke-15 bayinya akan menjalani pengukuran berat badan. Pada kelompok intervensi, terdapat peningkatan volume ASI dan frekuensi menyusui sehingga kadar prolaktinnya meningkat.Kadar prolaktin menghasilkan air susu dalam alveolar dan cara kerjanya dipengaruhi oleh frekuensi pengisapan puting oleh bayi.”

Ida mengatakan ibu yang sedang menyusui hendaknya mengonsumsi sumber protein, mineral, dan vitamin. Pemilihan kacang hijau dan daun adas sebagai galactogogue didasarkan pada kandungan senyawa aktif, nutrisi, dan informasi ethnobotanical.

“Galactogogue digunakan untuk menginduksi, mempertahankan, dan meningkatkan produksi ASI yang memediasi proses kompleks yang melibatkan interaksi antara faktor fisik dan fisiologis,” lanjutnya.

CEO Jukajo Raja Fauzi Hariansyah menegaskan hasil penelitian tersebut akan dikemas ke dalam satu varian baru minuman yang diharapkan bisa bermanfaat tidak hanya bagi ibu, tetapi anaknya. “Kami ingin ikut serta dalam membantu mempersiapkan generasi penerus bangsa.”

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro