Bisnis.com, JAKARTA -Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Taruma Negara mengadakan pameran seni rupa bertajuk nDalang. Pameran ini diselenggarakan sejak 21 November 2017 sampai 30 November 2017 di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Pameran ini menampilkan karya-karya dari 17 perupa yang terdiri dari 16 dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Taruma Negara dan seniman Heri Dono sebagai perupa tamu.
Pameran ini mengambil tema dalang dan wayang. Para perupa diposisikan sebagai dalang atas karya-karya mereka. Eksplorasi terhadap dunia wayang nusantara dibebaskan kepada setiap individu perupa.
Perupa Ananta O’Edan sebagai salah satu penggagas utama pameran ini mengatakan bahwa perumusan karya untuk gelaran ini sudah direncanakan sekitar satu tahun lalu. Bersama kurator Kuss Indarto, mereka melalui proses kuratorial yang cukup panjang.
Proses kuratorial tersebut termasuk diskusi proposal, pembuatan karya, sampai pemilihan karya. Semua perupa yang telibat mengaplikasikan tema tersebut ke dalam berbagai karya dengan perspektif beragam.
Tak dipungkiri, proses tersebut juga membuat banyak perubahan pada karya-karya yang tadinya akan dipamerkan. Gagasannya semakin tajam dan jenis karyanya juga semakin beragam.
“Tadinya kami mau membuat pameran karya di atas kertas dengan pensil saja, tapi setelah diskusi kami berpikir untuk tidak membatasi karya. Akhirnya ada karya-karya beragam di sini, ada instalasi, ada digital painting, ada cat minyak pada kavas,” jelasnya.
Ananta O’Edan sendiri memilih menggoreskan cat minyak pada dua kanvas berukuran 200 x 300 cm untuk membuat karyanya. Dua lukisan yang menggambarkan karakater pewayangan HanomandanCakil. Karyanya ini berjudul Bertaroeng.
Lukisan ini menggambarkan kedua karakter wayang tersebut dengan setelan petinju. Hanoman mengunakan sarung tangan hitam, sementara Cakil menggunakan warna putih.
Ananta ingin menyindir manuver dan akrobat para aktor politik di negeri ini. Cakil yang sering muncul sebagai karakter menyebalkan di dunia wayang, digunakan Ananta untuk menggambarkan mereka.
“Dia ini kan menyebalkan, sudah diceritakan mati dalam satu cerita nanti tiba-tiba hidup lagi. Jadi ada bapak Cakil, ibu Cakil, dan anak Cakil. Mereka ini terus hidup lagi dan lagi, muncul tidak ada habisnya,” jelasnya.
Selain karya Ananta masih banyak karya lain baik berupa instalasi maupun lukisan. Salah satu karya yang paling mencuri perhatian tentunya adalah karya dari seniman Heri Dono.
Dia menampilkan 4 wayang kulit dengan tokoh yang tak lazim. Dia membuat wayang dengan karakter Donald Trump, Hillary Clinton, Soeharto, dan Bidadari. Karyanya ini telah sempat dipamerkan di Amerika Serikat.