Bisnis.com, JAKARTA - Perupa Gigih Wiyono dan Masdibyo tengah menggelar pameran Dua Kutub di Galeri Nasional, Jakarta.
Dalam pameran ini, Gigih menampilkan beragam karya seni rupa berupa patung dan lukisan yang banyak menyoal tentang Dewi Sri. Pameran ini masih akan berlangsung sampai 21 Januari 2018.
Gigih mengaku karya-karya yang dipamerkannya adalah karya tentang Dewi Sri yang juga menjadi topik yang dia gali dalam tesisnya. Dia melakukan riset yang cukp mendalam mengenai Dewi Sri sebelum mengejawantahkannya ke dalam kanvas.
Dewi Sri sendiri dalam mitologi Jawa adalah dewi padi. Maka tak heran karya-karyanya banyak menampilkan padi, tumbuh-tumbuhan, dan kesuburan.
Dalam salah satu karyanya yang berjudul Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (acrylic on canvas, 145x540cm, 2017) misalnya, Gigih menggambarkan padi sebagai simbol kemakmuran yang sudah langka. Dia membuat padi menjadi tampak seperti belian atau kristal.
"Padi ini kan nanti menjadi seperti ini, dia akan langka seperti berlian," katanya kepada Bisnis pada Minggu (13/1/2018).
Tak hanya padi, dia juga menggambar figur perempuan dalam beberapa karyanya. Beberapa karyanya itu bicara soal Dewi Sri, ibu, dan persoalan perempuan pada umumnya. Salah satu yang mungkin paling menarik adalah karyanya yang berjudul Mother (acrylic on canvas, 95x145cm, 2015).
"Patung ini menggambarkan perjuangan seorang ibu, secara personal ini merupakan penghormatan saya kepada istri saya sewaktu melahirkan anak ketiga kami pada 2012," kata Gigih.
Selain dibuat dalam bentuk lukisan, karya ini juga dibuatnya dalam bentuk patung tiga dimensi. Dia membuat patung setinggi kurang lebih 1,5 meter tersebut dari batang pohon nangka. Berbeda dengan lukisannya, patung ini menggambarkan luka dan perjuangan ibu melalui luka bolong di kedua kaki figur perempuan menggendong tiga anak tersebut.
"Ini gambaran luka setelah disalib, kan ada bolong di kakinya. Saya menggambarkan perempuan seperti itu, istri saya. Bahwa dia telah berjuang," ujarnya.
Selain itu, lebih lanjut, Gigih juga mengatakan bahwa karyanya ini menampilkan pandangan lain tentang ungkapan "Surga ada di telapak kaki ibu".
Menurutnya tak semua ibu bisa dianggap memilki surga di telapak kakinya. Hanya ibu yang benar-benar telah berjuang dan berkorban untuk anak dan keluarganya yang bisa benar-benar membawa surga di telapak kakinya.
"Karena sekarang ini kan banyak ibu yang tidak berlaku dengan baik kepada anaknya, ada yang melakukan kekerasan terhadap anaknya. Bahwa benar surga itu ada di telapak kaki ibu, tetapi ibu yang mana?" paparnya.