Komentar Dokter Saraf
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Profesor dokter Moh Hasan Machfoed SpS(K) mengatakan bahwa sebelum Terawan dipecat, MKEK sudah memanggil Terawan sebanyak enam kali.
Tapi, Terawan yang berpangkat mayor jenderal ini tidak datang, sehingga proses pemecatan sementara dari keanggotaan IDI sudah berlangsung dalam beberapa tahun.
Metode ‘cuci otak’ yang digunakan untuk stroke itu sudah dilakukan selama beberapa tahun. Bukan baru kali ini. Kalau metodenya benar, ya datang saja dan jelaskan metodenya. Mengapa dia tidak datang?” tanya Hasan.
Dikatakan, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk menjalani metode Digital Subtraction Angiography (DSA) atau ‘cuci otak’ ala Terawan.Padahal, berdasarkan bukti ilmiah hingga kini bahwa DSA dan heparin yang digunakan Terawan bukan pengobatan stroke.
Sebaliknya, DSA adalah metode untuk menegakkan diagnosis, apakah ada sumbatan di saraf atau tidak. Namun, Terawan mengklaim sudah ribuan orang sukses menjalani terapi DSA.
Hasan menyebut bahwa pasien yang mengklaim sembuh dengan metode pengobatan DSA dan heparin adalah mereka yang tidak dalam keadaan stroke. Sayangnya, metode DSA ini malah “dibengkokkan” jadi terapi stroke.
“Ini memperdayakan orang. Ini pelanggaran etik besar,” tegas Hasan.