Bisnis.com, JAKARTA - Slogan empat sehat lima sempurna, yang salah satunya menekankan pentingnya minum susu ternyata bertentangan dengan kebiasaan masyarakat nusantara masa lampau. Mereka justru menganggap susu sebagai minuman yang menjijikkan.
Sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan tradisi minum susu yang rendah masyarakat Indonesia bisa jadi karena masyarakat Nusantara pada zaman dulu memang tidak memiliki kebiasaan meminum susu.
"Nusantara identik dengan kawasan agraris dan pesisir. Hewan ternak seperti kerbau dan sapi lebih dimanfaatkan tenaganya untuk membajak sawah dibandingkan dimanfaatkan untuk dikonsumsi, termasuk susunya," kata Fadly dalam sebuah lokakarya media di Jakarta, Kamis (3/5/2018).
Hal itu bahkan didokumentasikan oleh Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles dalam bukunya, The History of Java yang diterbitkan pada 1817. Raffles menyayangkan potensi susu sapi di Jawa yang disia-siakan masyarakat.
Mereka merasa jijik karena bagi mereka sama dengan meminum darah. Bagi mereka susu itu seperti darah yang berwarna putih.
Merujuk riset Expos statistique du Tonquin, Raffles menemukan fakta mengapa konsumsi susu di kalangan orang Siam dan China rendah. Ternyata mereka tidak berkenan meminum susu hewan.
"Mereka merasa jijik karena bagi mereka sama dengan meminum darah. Bagi mereka susu itu seperti darah yang berwarna putih," jelas Fadly.
Menurut Fadly, hingga Abad ke-15 tradisi gembala di Nusantara belum mantap sehingga sumber makanan hewani berbasis ternak lebih minim dibandingkan sumber makanan nabati. Apalagi, sapi disakralkan dalam tradisi Hindu.
"Tradisi minum susu memang dimulai oleh masyarakat dengan kebudayaan gembala. Sejak 9000 SM hingga 8000 SM, susu sudah dikonsumsi di Timur Tengah. Masyarakat Eropa baru mulai meminum susu 3300 SM hingga 1000 SM yang meyakini berkhasiat untuk menguatkan tubuh," tuturnya.
Fadly menjadi salah satu narasumber dalam lokakarya media Frisian Flag Indonesia Milkversation yang diadakan Frisian Flag Indonesia di Jakarta.
Selain Fadly, narasumber lainnya adalah Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Gizi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Marudut dan Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor Epi Taufik.