Bisnis.com, JAKARTA - Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta kembali menggelar program Teater Arsip. Kali ini mengusung tajuk 3 1/2 Tahun Bekerja: Seni dan Propaganda Pendudukan Jepang 1942-1945 di lobi Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 7 - 10 Mei mendatang.
Ketua Komite Teater DKJ Afrizal Malna mengatakan, produksi kesenian pada era pendudukan Jepang merupakan investasi sejarah yang hingga kini belum terlalu banyak digali. Generasi masa kini, ujarnya, perlu membaca ulang bagaimama seni dalam garis propaganda politik, tidak semata dilihat dalam konstruksi sejarah kolonial.
"Namun, juga sebagai investasi masa lalu yang memperkaya penciptaan masa kini yang berbasis arsip dan penelitian," katanya dalam jumpa pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (7/5/2018).
Dalam perhelatan ini, Komite Teater bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif untuk merancang program ini. Sebagai bagian dari berubahnya medan teater yang tidak lagi berorientasi pada bentuk melainkan bagaimana riset atau pengelolaan arsip menjadi dasar dari produksi teater.
Direktur Riset dan Pengembangan Bekraf Wawan Rusiawan mengatakan, pihaknya mendukung program berbasis riset ini. Program ini mempertemukan antara arsip, analisa, dan estetika.
"Setelah Jepang menjatuhkan pemerintahan Hindia Belanda, di mana perang dunia tengah berkobar, mereka mendirikan Sekolah Tonil. Setahun kemudian mendirikan Keimin Bunka Shidosho, dan pada 1944 mendirikan Perserikatan Oesasha Sandiwara Djawa. Lembaga-lembaga inilah yang menggerakan seluruh bidang kesenian sebagai platform yang belum pernah ada sebelumnya," ujarnya.