Ilustrasi/Reuters
Relationship

Kisah Orang-orang Otak Kanan

M. Syahran W. Lubis
Sabtu, 18 Agustus 2018 - 01:44
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ada seorang anak muda yang membagikan pemikirannya dan buat saya apa yang disampaikannya merupakan proses pembangkitan pemahaman atas banyak hal yang selama ini lebih banyak mengendap di alam bawah sadar.

Banyak hal itu sebenarnya telah saya ketahui, tetapi membaca pemikiran Ippho Santosa melalui serangkaian tulisan Seri Otak Kanan-nya membuat saya terpaksa membatin “Oh iya ya, benar, iya juga ya…” Kira-kira seperti itulah yang terlintas dalam benak saya.

Jujur saja, jarang-jarang saya bisa menerima pemikiran seseorang tanpa cela. Biasanya yang sering muncul adalah “Oke, pemikiran atau gagasan dari motivator ini bagus, tetapi sayangnya, kok dia nggak menangkap poin pertanyaan ya, sayangnya dia kok begini ya, kok dia begitu ya”.

Inti penyampaian Ippho adalah penggabungan antara kreativitas, kekuatan doa, manfaat pelaksanaan ibadah-ibadah utama, dan keberanian bertindak. Selama ini banyak orang mendefinisikannya sebagai “ora et labora”, “berpikir keluar dari kotak” atau untuk keberanian bertindak ada juga yang mengistilahkannya sebagai “melompat sebelum memandang”.

Para pengguna otak kanan keluar dari lingkaran-lingkaran teori yang banyak diterapkan oleh orang-orang dengan paham yang mengagung-agungkan pemanfaatan otak kiri, yang terjebak dalam rutinitas dan enggan mencoba hal-hal baru meskipun dia menyukainya.

‘Orang-orang kanan’ ini tidak mau membiarkan diri mereka terbenam dalam kebakuan teori. Mereka pun pada akhirnya tidak akan membiarkan aspek teknis menguasai langkah mereka.

Kondisi itu yang membuat ‘orang-orang kanan’ memerlukan kehadiran faktor-faktor produksi berupa sumber daya manusia yang membiasakan kehidupan mereka menggeluti aspek teknis yang mengacu secara rinci dan kejur pada rangkaian teori yang dibuat oleh orang lain.

Pengabaian terhadap matematika manusia dan memercayai matematika Allah—yang mengabarkan balasan berlipat ganda plus ridho plus kasih sayang-Nya—merupakan salah satu inti kekuatan pemikiran anak muda kelahiran Riau ini.

Pengharapan yang melintas melalui doa juga merupakan salah satu inti pemaparannya. Berharap hanya kepada Allah dan pamrih manusia sebagai hamba Allah kepada Tuhannya sangat dibenarkan. Yang dilarang ialah pengharapan kepada selain Allah.

Ini juga sesungguhnya bukan masukan baru. Namun, kesadaran bahwa tidak boleh malu meminta apa pun kepada Allah kadang-kadang justru tidak muncul dan ironisnya kerap kali keinginan untuk meminta kepada selain Allah malahan menguat membabi-buta, sehingga ketakutan kepada orang lain—terutama yang berhak menetapkan posisi atau jabatan kita alias atasan—mendominasi perilaku seseorang.

Kesadaran bahwa tidak boleh malu meminta apa pun kepada Allah ini sebenarnya sejalan dengan latar belakang yang membuat tangguh orang-orang sukses.

Rangkaian perjalanan tugas sebagai wartawan membuka kesempatan kepada saya untuk memahami kekuatan apa yang melatarbelakangi tokoh-tokoh penting sehingga mereka mampu menggapai kesuksesan. Simpul besarnya nyaris sama yakni hampir semua mereka mengandalkan sebuah kekuatan yang tidak kasatmata yaitu kekuatan Tuhan, apa pun agama yang mereka anut.

Nah, bagi Anda yang diberi anugerah posisi menentukan posisi orang lain, bersyukurlah jika Anda mempunyai banyak karyawan yang mengedepankan penggunaan otak kanan yang bisa bekerja dengan tetap menghargai kehadiran ‘orang-orang teknis’ yang kinerjanya didominasi penggunaan otak kiri.

Namun, kehadiran dua tipe karyawan itu hanya akan berarti signifikan apabila Anda mampu mengidentifikasi kemampuan seseorang apakah bekerja dengan lebih banyak dengan otak kiri ataukah dengan otak kanan.

Jangan keliru, misalnya, dengan menugaskan seseorang yang berkarya dengan memanfaatkan lebih banyak otak kanan untuk pekerjaan yang lebih banyak memerlukan penguasaan aspek teknis.

Tentu pula Anda harus memperhatikan apa yang digairahi oleh karyawan Anda. Menempatkannya pada posisi yang tidak disukainya hanya akan membuang kesempatan meraih poin maksimal yang sebenarnya bisa dihasilkan kalau yang bersangkutan berada pada tugas yang membangkitkan semangatnya.

Mengenai hal ini, marilah kita perhatikan pandangan Tung Desem Waringin. Menurut motivator marketing ini, dalam memilih pekerjaan ataupun bisnis sering orang terbalik, dengan mendahulukan yang paling mudah. Walaupun dia tidak suka atau tidak menghasilkan seperti yang dia inginkan, dia tetap saja memilih yang paling mudah.

Padahal, kalau dalam hidup sekadar mencari yang mudah, Anda memang akan mendapatkan pekerjaan yang mudah, tetapi belum tentu menghasilkan. Lain halnya jika Anda mencari yang menghasilkan dan yang Anda sukai, mendadak hidup Anda akhirnya jadi mudah.

Alhasil, dia menyarankan carilah yang Anda suka—sebagai skala prioritas paling tinggi—dan menghasilkan. Kemudian dari yang menghasilkan dan Anda sukai, baru pilih mana yang mudah dicapai.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro