Pola hidup masyarakat yang cenderung tidak sehat dengan mengonsumsi berbagai jenis makanan tinggi lemak dan tidak diiringi dengan aktivitas fisik bisa menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit, salah satunya diabetes.
Tak heran bila angka penyandang diabetes (diabetesi) di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Menurut data Internasional Diabetes Federal (IDF) Diabetes Atlas satu dari 11 orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes. Angka tersebut meningkat 48% pada 2045 menjadi 629 juta jiwa.
Pada 2015 Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia untuk prevalensi penyandang diabetes tertinggi. Pada 2017, peringkat Indonesia naik menjadi ke-6. Angka penyandangnya diperkirakan lebih dari 10 juta orang. Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang diabetes.
Setidaknya, 2 dari 3 orang yang terdiagnosis, tidak mengetahui dirinya menyandang diabetes. Bahkan, sebagian besar mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat atau sudah mengalami komplikasi.
Cek Mitos atau Bukan Soal Perawatan Kulit Bayi Di Sini
Meski demikian, para penyandang diabetes atau diabetesi dapat menurunkan kadar gula darahnya jika dikelola dengan baik. Pengelolaan ini tidak hanya dapat menjaga kualitas hidup saja tetapi juga dapat menghambat timbulnya komplikasi dan mencegah angka kematian.
Ketua Perkumpulan Edukator Diabetes Indonesia Aris mengatakan diabetes sebagai penyakit yang muncul karena tubuh tidak dapat memproduksi atau mencukupi insulin (hormon pengatur gula darah) dalam tubuh sehingga menyebabkan gula darah meningkat.
Aris mengatakan bahwa penderita diabetes tidak mengelola gula darahnya secara teratur akan berisiko terkena komplikasi. Beberapa jenis komplikasi yang dapat terjadi yaitu risiko kebutaan, gagal ginjal, dan kerusaka syaraf jika gula darahnya tinggi saat puasa.
Namun jika gula darahnya tinggi sehabis makan, maka risko komplikasi yang mungkin terjadi ialah stroke, penyakit jantung, kaki membusuk, dan impotensi bagi pria.
Ada dua tipe diabetes, pertama adalah diabetes tipe 1, yaitu ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin sehingga terapi utamanya hanya dengan menyuntikkan insulin atau mengkonsumsi obat-obatan. Sementara itu, pada diabetes tipe 2 pasien hanya perlu mengatur pola makan dan olahraga teratur.
“Jika perjalanan penyakit sudah berlanjut dan gula darah tidak terkendali oleh pola makan dan olahraga, saat inilah diperlukan obat-obatan,” tuturnya.
Persona Dian Pelangi dalam Gaya Retro
Gula darah tersebut dapat dikendalikan dengan mengatur pola makan dan melakukan aktivitas fisik. Pola makan yang dibutuhkan ialah menu gizi seimbang dengan porsi dan jumlah yang pas, serta jadwal makan yang teratur. Adapun kegiatan olahraga dapat dilakukan secara teratur tiga hingga lima kali seminggu dengan durasi sekitar 15 menit pemanasan, 30 menit olahraga, dan pendinginan.
“Sebaiknya olahraga dilakukan di sore hari. Jangan lakukan olahraga pagi hari sebelum sarapan. Olahraga yang dilakukan harus ada latihan pembentukan otot dan menghilangkan lemak di perut sekaligus menaikan massa otot,” ujarnya.
Jenis olahraga yang dapat dilakukan ialah aerobik dengan intensitas sedang seperti jalan cepat, sepeda santai, joging, senam aerobik, dan berenang.
Selain menjaga pola makan, berolahraga, dan mengonsumsi obat-obatan, hal lain yang tidak kalah penting ialah dukungan dari keluarga atau lingkungan terdekat. Hal ini sejalan dengan survei aplikasi Teman Diabetes dari GueSehat.com terhadap 220 orang dengan kategori prediabetes, diabetesi, dan inner circle (anggota keluarga penyandang diabetes).
Dalam survei ini ditemukan hanya 14,3% responden mengukur gula darah rutin setiap hari. Yang cukup mengejutkan, sebanyak 28,6% konsultasi ke dokter sekali dalam setahun. Untuk membantu mengontrol kondisi diabetes dan menjalankan hidup lebih sehat, 85,7% responden mengaku membutuhkan dukungan dari inner circle (keluarga, teman, rekan kerja).
Ini Sebabnya, Ibu Hamil Disarankan Tak Makan Mi Instan
Melalui aplikasi ini, diabetes dapat melakukan pengecekan gula darah secara rutin melalui ponsel sekaligus mendapatkan berbagai informasi seputar penyakitnya. Pengukuran gula darah tersebut dilakukan dengan menggunakan D-Nurse atau mobile blood glucometer yang terkoneksi secara ekslusif pada aplikasi ini.
Artis Dinda Kanyadewi mengakui ibunya juga sebagai salah satu penderita diabetes. Dia kehilangan ibunya beberapa tahun lalu karena penyakit diabetes dan terkena komplikasi jantung.
Sebagai anak, Dinda selalu memberikan dukungan kepada sang bunda yang telah menderita diabetes sejak usia 40 tahun. “Dulu, saya membantu ibu menyuntikkan insulin dan bersamanya bertahan melawan diabetes,” terangnya.
Sebagai anak, Dinda juga selalu mengingatkan sang bunda mengenai pola makan yang harus dijaga. Untuk membantu ibunda melawan diabetes, Dinda juga kerap melakukan pengecekan gula darah bersamanya ibunya.
Manfaat Makan Alpukat untuk Kesehatan
Selain itu, agar sang bunda tidak merasa sendiri menghadapi penyakitnya, Dinda juga ikut mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang sama dengan Ibu sekaligus berolahraga bersama.
“Saya juga jadi ikut sehat bersama ibu, tapi semenjak ibu meninggal saya sempat loss sehingga berat badan pun meningkat. Namun akhirnya saya menyadari untuk terus menjaga kesehatan dan kini saya beserta kakak saya sudah menjalani hidup sehat dan olahraga teratur,” tutupnya.