Bisnis.com, JAKARTA – Ketika sepasang suami istri memiliki masalah, anak terkadang menjadi korban. Tidak hanya bisa melumpuhkan mentalnya, tapi bahkan dapat mematikan nyawa.
Hal ini tergambar dari kasus bunuh diri satu keluarga di Palembang yang terjadi baru-baru ini. Sang suami membunuh istri dan kedua anaknya terlebih dahulu, lalu membunuh dirinya sendiri.
Psikolog Nyi Mas Diane berpendapat bahwa kejadian bunuh diri dengan melibatkan anak diakibatkan kondisi depresi berat yang dialami orang tua. Hal ini terjadi lantaran masalah-masalah yang dihadapi sulit untuk diungkapkan kepada siapapun, termasuk pasangan, sehingga akhirnya mengalami depresi.
Keterlibatan anak-anak dalam upaya bunuh diri didorong oleh rasa khawatir jika tidak ada yang mengurus mereka ketika ditinggal mati.
“Ungkapan rasa cinta dan sayang kepada anak-anaknya justru membuatnya memutuskan untuk mengajak semuanya bersama- sama meninggalkan dunia,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (26/10/2018).
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati mengungkapkan bahwa anak memiliki harkat dan martabat kemanusiaan, tapi anak memang seringkali diperlakukan tidak seharusnya atas keinginan orang tua.
“Selama ini masyarakat banyak yang menganggap anak sebagai makhluk yang harus ikut apa mau orang tua. Padahal, orang tua tidak menggunakan prinsip perlindungan anak, yaitu kepentingan terbaik bagi anak,” tuturnya.
Rita menerangkan kejadian bunuh diri yang melibatkan anak sudah seringkali terjadi. Kasus seperti ini menjadi gambaran perlindungan hukum terhadap anak yang masih lemah sehingga sangat perlu untuk dievaluasi.
Dia menyatakan masyarakat bisa meminta tolong kepada aparat terkait seperti Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) untuk membantu menegur orang tua yang memperlakukan anak seenaknya. Selain itu, komunitas juga bisa membantu.