Bisnis.com, JAKARTA - Film biografi Bollywood tentang Perdana Menteri India, Narendra Modi, akan diputar di bioskop beberapa hari sebelum pemilihan umum negara itu dimulai.
Hal itu memunculkan tuntutan dari oposisi untuk menunda pemutaran perdana film hingga setelah pemungutan suara, seperti dilansir Bloomberg, Senin (1/4/2019).
Film ini didasarkan pada kehidupan Narendra Modi dan dijadwalkan untuk dirilis 5 April 2019, tepat sebelum India menyelenggarakan Pemilu pada 11 April 2019. Proses pemilihan berlangsung 6 minggu yang yang berakhir pada 23 Mei 2019.
Partai Kongres oposisi India telah mendekati Komisi Pemilihan India dan mengatakan bahwa film itu bermotivasi politik dan meminta pemutaran perdananya dihentikan.
Cuplikan film, "PM Narendra Modi," menampilkan musik yang syahdu dan banyak adegan aksi saat menceritakan kembali sepak terjang Modi dari bekerja sebagai penjual teh di kota kecil Gujarat hingga duduk di kursi perdana menteri.
"Penjual teh biasa tidak akan pernah menjadi PM di negara itu," sebuah suara mengatakan sebelum trailer bergeser ke kerumunan yang meneriakkan nama Modi.
Cuplikan film ini juga memperlihatkan Modi sebagai seorang anak muda yang memberi hormat pada bendera, bertualang hingga ke Himalaya dan kemudian memberikan sebuah aforisme kepada taipan Ratan Tata sebagai menteri utama negara bagian barat Gujarat. Menjelang akhir trailer, Vivek Oberoi, aktor yang memerankan Modi, memperingatkan musuh bebuyutannya, Pakistan, untuk tidak menguji India dengan kekerasan, sebuah kiasan untuk menegangkan perkembangan geopolitik yang baru-baru ini mewarnai politik India.
"Jika Anda menyerang kami lagi, kami akan menyerang lebih keras," kata Modi dalam trailer tersebut.
Keluhan Kongres kepada Komisi Pemilihan mendorong sebuah firma hukum yang mewakili produser film, Legend Studios, untuk mengajukan tanggapan pada akhir Maret. Perusahaan itu mengatakan tidak benar bahwa orang-orang yang terlibat dalam film itu memiliki hubungan dengan Modi.
Hitesh Jain, seorang pengacara di Parinam Law Associates mengatakan, dirilisnya film tentang Modi berdekatan dengan pemilu, tidak berbeda dengan menerbitkan buku tentang seorang tokoh politik jelang pemilu berlangsung. Jain juga mengatakan, melarang penayangan film akan melanggar kebebasan berbicara produser film.
"Pemilihan tidak menunda hak-hak dasar para produser. Ada biografi yang tersedia di toko buku. Pada akhirnya, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah media, biografi dibaca, dan biografi terlihat dalam bentuk visual, " jelasnya.