Bisnis.com, JAKARTA--Kepedulian kepada alam mulai ditingkatkan oleh sejumlah label fesyen ternama. Grup Prada misalnya telah mengumumkan untku tidak lagi menggunakan bulu binatang asli dalam pembuatan pakaian hingga aksesori.
Seperti dilansir dalam laman Hypebeast, langkah ini dilakukan setelah pembicaraan selama setahun dengan The Fur Free Alliance (FFA), sebuah koalisi lebih dari 50 organisasi perlindungan hewani lebih dari 40 negara.
Dalam keterangan tertulis, perusahaan mewah itu menegaskan, merek Prada, Miu Miu, Church's dan Car Shoe sesegara mungkin menghilangkan penggunaan bulu binatang apa pun dalam desain atau produk barunya. "Grup Prada berkomitmen terhadap inovasi dan tanggung jawab sosial," kata CEO Prada Miuccia Prada.
Dia melanjutkan, Prada fokus pada bahan-bahan inovatif yang memungkinkan perusahaan mengeksplorasi batas-batas baru dari desain kreatif sambil memenuhi permintaan produk. Sementara untuk produk sebelumnya yang berbahan bulu tetap akan dijual habis ketimbang harus membakarnya.
Sementara itu, manajer program FFA, Brigit Oele mengungkapkan Prada Group merupakan salah satu perusahaan tercepat yang menghentikan penggunaan bulu binatang . Adapun koleksi womenswear Prada’s Spring/Summer 2020 akan menjadi presentasi pertama Grup untuk merealisasikan komitmen tersebut.
Tak hanya itu, Chanel kin juga telah melarang penggunaan bulu dan kulit binatang. Chanel mengabarkan bahwa mereka tak lagi menggunakan bulu binatang, juga kulit dari binatang-binatang eksotis.Kulit binatang eksotis yang dimaksudkan adalah seperti kulit buaya, kadal, ular, dan ikan pari. Penggunaan kulit-kulit eksotis dalam produk seperti tas memang menjadi hal yang umum dalam industri mode papan atas.
Meski demikian, Chanel termasuk brand yang amat jarang menggunakan binatang dalam produk-produknya. Biasanya, mereka menambah sentuhan kulit binatang atau bulu binatang pada koleksi tertentu saja yang memang diciptakan secara terbatas.
President of Chanel Fashion Bruno Pavlovsky mengatakan, keputusan tersebut diambil karena semakin sulitnya menemukan sumber kulit eksotis yang memenuhi standar dan kode etik brand Chanel. Sehingga, mereka akan fokus melakukan riset dengan mengembangkan kualitas tekstil dan kulit buatan secara maksimal.
“Terdapat masalah dalam menemukan sumber daya (kulit binatang) tersebut, lagi pula itu bukan salah satu bagian bisnis Chanel,” jelas Paylovsky seperti dikutip Vogue.
Meski begitu, dia mengatakan bahwa hal ini akan memakan waktu. Terutama dengan produk-produk yang terbuat dari kulit binatang yang sudah tersebar didistribusikan ke seluruh gerai Chanel di dunia.