Bisnis.com, JAKARTA—Pada masa tumbuh kembangnya, anak-anak berusia 1-5 tahun sering tantrum. Pada umumnya, di usia 2-3 tahun, kebiasaan tantrum pada anak sedang berada pada puncaknya.
Persoalannya, anak sering kali mengganggu orang tua dan orang lain ketika tantrum. Apalagi jika anak tantrum di tempat umum seperti mal dan pesawat.
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang Chatarine M. Sambo dari RS Pondok Indah-Pondok Indah Jakarta mengatakan bahwa anak yang tantrum memang terkait dengan faktor tumbuh kembang. “Sering juga anak menjadi tantrum karena dia tidak mampu mengkomunikasikan apa yang diinginkannya,” ujar Chatarine.
Dalam hal ini, orang tua harus paham bahwa masalah tantrum adalah kondisi yang terjadi pada anak, bukan orang tua. Jadi, saat anak tantrum, sebaiknya cari cara untuk menenangkan anak, bukan menenangkan orang tua.
“Orang tua mesti mengenal anak dan mengetahui bagaimana caranya untuk menenangkan anak,” ujarnya. Anak juga perlu dilatih untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkannya tanpa harus “ngamuk”.
Terkadang anak menjadi tantrum karena dia mempelajari bahwa perilaku itu dapat membuatnya mendapat yang diinginkannya. Hal ini cenderung terjadi pada anak yang dipenuhi kemauannya tiap kali dia tantrum.
Catharine mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengatasi anak yang sedang tantrum adalah menjauhkan anak dengan menggendongnya ke tempat yang jauh dari lokasi yang membuatnya tantrum. Hal ini untuk menghindari anak yang makin tantrum karena perhatian orang-orang yang berada di tempat umum.
“ Setelah membawa anak ke tempat yang lebih sepi, baru tenangkan anak sampai dia tenang,” ujarnya lagi. Setelah anak tenang, orang tua bisa menanyakan dengan bijaksana tentang apa yang sebenarnya diinginkan dan membuatnya tantrum sebelumnya.
“Kalau misalnya dia meminta sesuatu yang tidak ingin kita berikan, sebaiknya tetap jangan dikasih agar anak tidak berpikir bahwa tantrum adalah kebiasaan yang baik,” ujarnya.
Saat di pesawat, anak-anak juga sering kali menangis kencang. Biasanya anak akan menangis dan merasa tidak nyaman ketika pesawat akan lepas landas, mengalami turbulensi, dan sesaat sebelum mendarat.
“Pada kondisi itu terjadi perubahan tekanan, sehingga bayi atau anak merasa tidak nyaman, namun belum mampu mengkomunikasikannya,” ujarnya.
Nah, untuk mengatasi anak menangis di pesawat, orang tua memang harus mempersiapkan diri sebelum naik pesawat.
Chatarine mengatakan bahwa trik mengatasi anak menangis di pesawat adalah dengan membuat anak menelan sesuatu. “Untuk bayi diajak menyusu, untuk anak-anak berikan air minum sehingga dia menelan,” ujar Chatarine lagi.
Kalau anak telanjur menangis kencang, mau tak mau harus ditenangkan dan menunggunya tenang kembali. Setelah itu baru berikan anak minum susu atau minum air putih.