Bisnis.com, JAKARTA— OYO sebagai jaringan hotel berbasis teknologi yang baru melakukan penetrasi pada Oktober 2018, tak ingin menyebutkan dirinya sebagai virtual hotel operator atau room aggregator ataupun online travel agent.
Rishabh Gupta, Country Head OYO Indonesia, menjelaskan bahwa OYO adalah jaringan hotel dengan teknologi yang terintegrasi dengan bisnis model leasing dan franchising (penyewaaan dan waralaba).
Dia menuturkan bahwa sistem franchising yang dilakukan adalah mentransformasi hotel yang ingin membawa brand OYO dan memberi konsultasi serta sistem pengelolaan hotel yang komprehensif untuk digunakan mitra hotel.
Sementara itu, sistem leasing atau penyewaan dilakukan dengan cara pihaknya melakukan sewa secara keseluruhan bangunan hotel kemudian mentransformasikan interior dan eksterior sesuai dengan brand OYO, menggunakan sistem pengelolaan hotel dengan basis teknologi OYO, dan rekrutmen tim internal dalam operasi hotel tersebut.
OYO, katanya, didirikan untuk menjawab kesenjangan antara permintaan dan penawaran akan kebutuhan tempat menginap dan atau tempat tinggal yang berkualitas di kelas low-budget dan menengah.
“Kondisi ini kemudian memaksa para wisatawan untuk berkompromi atas lokasi, kualitas, dan harga ketika memilih akomodasi," tuturnya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Berangkat dari kondisi tersebut, OYO kemudian berfokus pada pengembangan teknologi dan talenta untuk mengatasi masalah kesenjangan antara ketersediaan dan permintaan di industri perhotelan tadi.
OYO melakukan transformasi sistem dan memperluas jangkauan pangsa pasar dari hotel-hotel yang sudah berperforma baik setelah bergabung menjadi mitra OYO.