Bisnis.com, JAKARTA – Film Bumi Manusia memang tengah digadang-gadang menjadi film terbaik Falcon Pictures sepanjang sejarah.
Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan, dan aktris Mawar De Jongh serta Sha Ine Febriyanti, film ini memang tampaknya memimpin pasar dari 2 film Indonesia lainnya, Makmum dan Perburuan yang sama-sama dirilis di hari yang sama.
Film ini diadaptasi dari mahakarya Pramoedya Ananta Toer, yang terinspirasi dari tokoh pers dan kebangkitan nasional, Tirto Adi Suryo, dengan durasi 181 menit.
Sastrawan menyebut novel karya terbaik Pramoedya ini memang tidak pantas untuk dijadikan film, namun egois rasanya untuk tidak memvisualisasikan novel ini dalam bentuk film, karena kaum muda saat ini memang sudah lengah dari pengetahuan sejarah dan sastra.
Pemilihan pemain utama yakni Iqbaal Ramadhan seperti buah simalaka bagi Hanung dan Falcon. Iqbaal tampaknya memang belum terlalu dewasa untuk memerankan karakter ini, namun dari segi komersil, nama Iqbaal diperlukan untuk menarik penonton millennial.
Disamping itu, emosi yang disuguhkan dalam film ini juga terlihat kurang maksimal. Salah satu penyelamat dalam film ini adalah akting dari pemain seniornya yakni Sha Ine Febriyanti yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh.
'Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan,' begitu kutipan Jean Marais, sahabat Minke dalam film Bumi Manusia, yang patutnya dijadikan tolak ukur menilai karya ini.
Mengenyampingkan berbagai reduksi dari novel, sebenarnya tidak ada yang cacat dari film ini, hanya memang ada yang kurang.
Namun, satu yang perlu dirayakan melalui film ini, Hanung Bramantyo berhasil menyelipkan pesan menohok mengenai kesenjangan pribumi dan bangsa barat, sehingga ceritanya tidak lagi banyak berfokus penuh pada romansa layaknya film-film terdahulunya.
Meski memiliki kekurangan, film Bumi Manusia patut dirayakan sebagai sebuah mahakarya besar di dunia perfilman.