Bisnis.com, JAKARTA – Properti perkantoran mengalami perubahan dari sisi keterisian bersamaan dengan teknologi yang terus berkembang. Saat ini, penerapan teknologi dalam ruang kantor membuat kinerja perusahaan menjadi makin cepat.
Kantor-kantor yang dulunya dipenuhi oleh bundelan dokumen, slip biaya perjalanan, mesin faksimile, ponsel berukuran batu bata hingga mesin tik sekarang berevolusi menjadi kantor dengan internet berkecepatan tinggi, telepon pintar, telepon IP, situs jejaring sosial, aplikasi chat, dan komputasi awan.
Bersamaan dengan kemajuan teknologi ini, datanglah tren bekerja yang baru, yaitu kumpulan ‘pengembara’ digital (digital nomad) yang terbiasa untuk terhubung di mana saja, kapan saja, mereka yang menghindari bekerja dari satu tempat yang telah ditentukan dan melakukan jam kerja standar pukul 9 pagi sampai pukul 5 sore.
Wakil Presiden Penjualan IWG Kawasan Asean dan Korea Selatan Lars Wittig mengatakan bahwa sejauh ini teknologi memang tidak membawa masalah yang berarti, malah membiarkan para pekerja untuk bekerja dengan bebas. Namun, adanya revolusi digital juga memiliki dampak negatif.
“Kita sangat bergantung terhadap teknologi dan itu mengikis waktu dan perhatian kita, terutama di tempat kerja. Setiap kali smartphone kita berdering atau ada notifikasi di laptop kita, maka kita akan terganggu,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (6/12/2019).
Selain itu, kata Wittig, penyalahgunaan teknologi dapat melakukan lebih dari kompromi produktivitas, hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental kita. Budaya 'selalu on’ yang baru mengaburkan perbedaan antara pekerjaan dan kehidupan.
Jadi, sementara teknologi di tempat kerja memberi berbagai manfaat, teknologi juga bisa menjadi sebuah permasalahan. Wittig menyebut, ada beberapa cara bagi perusahaan untuk mencapai pendekatan teknologi yang seimbang.
Beberapa upaya di antaranya adalah memiliki kebijakan teknologi yang sehat, tetap menetapkan batasan jam kerja kepada karyawan, dan tetap melakukan pertemuan tatap muka antarkaryawan melalui rapat mingguan atau sekadar makan siang bersama.
“Jadi, para atasan di perusahaan juga harus mengedukasi dan menginspirasi tim untuk menggunakan smartphone mereka sebagai alat efisiensi, bukan sebagai pengalih perhatian,” kata Wittig.
Dengan upaya-upaya tersebut, perusahaan bisa tetap menjaga produktivitas karyawannya meskipun mereka bekerja secara remote atau bekerja di mana saja dan dengan jam kerja yang bebas.
“Usahakan tetap ada pertemuan, untungnya jika menggunakan ruang kantor fleksibel. Mereka bisa melakukan pertemuan di mana pun sehingga tak melulu harus di satu gedung kantor, bisa juga sembari makan siang. Pertemuan itu menumbuhkan semangat tim dan membuat ide kreatif mengalir,” ujar Wittig.
Saat kumpul-kumpul sedang berlangsung, pastikan itu adalah zona bebas layar ponsel. Jika melihat orang secara langsung tidak memungkinkan, dorong karyawan untuk tetap terhubung secara waktu nyata karena berdiskusi langsung akan tetap jauh lebih baik.