Bisnis.com, JAKARTA - Lima kayu menjulang seperti menyambut pengunjung pameran Lend Me Your Dream di Museum Peradaban Kulit Hitam Dakar, Senegal. Patung-patung gelap menyala itu berdiri melingkar, seolah-olah tenggelam dalam percakapan.
Karya mengesankan dari seniman asal Pantai Gading, Koko Bi, ini berupaya menunjukkan kekuatan orang Afrika di luar tanah air mereka. Selain itu, pameran juga bertujuan menggemakan pemahaman yang lebih kuat di antara orang-orang Afrika.
Untuk tujuan tersebut, penyelenggara mengumpulkan lebih 100 karya seni dari 30 seniman kontemporer Afrika dan menggagas pameran berkeliling Eropa.
Kurator senior, Yacouba Konate, dalam sambutan pameran mengatakan bahwa lintasan karya seni dari Afrika sering dibangun melalui pameran di Paris, Berlin, London, dan New York.
"Oleh karena itu, proyek ini diluncurkan di Maroko, Casablanca pada Juni lalu dan berakhir di Marrakech pada 2020 setelah tur ke selatan lewat Dakar, Abidjan, Logos, Addis Ababa, dan Cape Town," ujar Konate dikutip dari Reuters, Minggu (19/1/2020).
Dorongan untuk kembali menggambar peta seni kontemporer Afrika, lanjutnya, tumbuh setelah pemerintahan di Afrika menekan museum-museum di Barat untuk mengembalikan artefak yang disita selama masa kolonial. Sebab, sekitar 90 persen warisan budaya Afrika diyakini tersimpan di luar benua tersebut.
Dalam pameran itu, karya seni yang dipamerkan berasal dari beragam media, mulai dari fotografi, kolase, lukisan, hingga pahatan dari kayu dan logam.
Patung milik seniman Burkinabe, Ky Siriki, misalnya, menampilkan pasangan kulit putih yang menawarkan tas pinjaman kepada sekelompok orang kulit hutan dengan imbalan komoditas rendah. Karya seni tersebut diberi nama Africa facing its destiny.
Sementara itu, karya abstrak lainnya, seperti lukisan Yazid Oulab dari Aljazair menyajikan garis-garis hitam, putih, dan abu-abu mirip sulur. Adapun, karya Viye Diba dari Senegal menggabungkan sisa kain lilin tradisional.
Pameran Lend Me Your Dream juga tidak memberi keterangan negara asal para seniman dalam karya yang ditampilkan. Hal itu mendorong pengunjung agar melihat karya seni dalam konteks yang lebih luas.
Pelukis Senegal, Soly Cisse, mengaku suka dengan konsep pameran. “Ini adalah perjalanan yang kami lakukan bersama. Itu sebenarnya mimpi. Kami berada dalam ide rayuan, dialog, komunikasi, berbagi," ujarnya.