Jantung/boldsky.com
Health

Mengenal Aritmia, Gangguan Kelainan Irama Jantung

Mia Chitra Dinisari
Sabtu, 25 Januari 2020 - 21:57
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Apakah jantung Anda sering berdebar kencang tanpa tahu pasti apa penyebabnya?

Hal tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja, karena bisa jadi Anda ternyata mengidap gangguan aritmia jantung. 

Aritimia adalah gangguan irama jantung karena masalah kelistrikan jantung yang merupakan bagian dari sistem jantung manusia.

Umumnya, orang kerapkali mengabaikan rasa berdebar itu. Tapi, jika jantung sering berdebar, kepala mengalami dizziness atau kleyengan atau bahkan hingga pingsan, maka hal tersebut harus diwaspadai dan bisa jadi Anda mengalami aritmia tadi.

Sayangnya, aritmia kerap tidak terdeteksi, padahal bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan jantung secara permanen hingga kematian mendadak. 

Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP (K) dokter spesialis Kardiovaskular RS MMC, mengatakan jantung berdebar merupakan keluhan awal yang paling sering dirasakan pasien dengan gangguan aritmia.

"Harus diidentifikasi berdebarnya apakah normal atau tidak," jelas dr. Sunu dalam acara talkshow “MMC Hospital Introducing: Integrated Cardiovascular Centre” di Jakarta.

Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K), Spesialis Kardiovaskular dari RS MMC menjelaskan bahwa normalnya, jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit. Saat jantung berdenyut cepat dia akan berdetak hingga 200 kali per menit. Sementara itu, denyut jantung melambat ketika denyut irama jantung terhitung 40 kali per menit.

Aritmia menurutnya terjadi akibat pembentukan dan penjalaran impuls listrik sehingga menimbulkan denyut jantung yang tidak beraturan. Ada dua jenis aritmia yakni denyut jantung berdetak cepat disebut takiaritmia, sebaliknya denyut jantung yang melambat dikenal sebagai bradiaritma. Dua kondisi ini bisa membahayakan karena sama-sama bisa mengganggu suplai darah ke jantung.

Dia menjelaskan gangguan irama jantung ini dapat ditangani dengan metode pemasangan Left Atrial Appendage (LAA) Closure, yang diyakini sebagai strategi penanganan terbaik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penggumpalan (pembekuan) darah di serambi jantung kiri.

Sedangkan dr Sunu mengatakan metode lainnya yakni dengan metode Ablasi Kateter Elektronis, yang lebih ampuh untuk menyembuhkan total yang tidak hanya meringankan gejala, dengan tingkat keberhasilan sekitar 97%.

Ini merupakan tindakan medis dengan minim invasif (tanpa operasi) bagi penderita aritmia. Dengan menggunakan kateter elektroda yang akan dipasang di pembuluh darah vena atau arteri di lipatan pangkal paha ditujukan untuk ke jantung, ujung kateter elektroda akan menghancurkan sebagian kecil jaringan sistem hantaran listrik yang mengganggu irama di jantung hingga normal kembali.

"Alat ini akan secara akurat mengidentifikasi sumber utama penyakit aritmia secara kasat mata,” ujar dr. Sunu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro