Bisnis.com, JAKARTA - Kiprah Jay Subyakto di dunia fotografi tidak perlu diragukan. Sutradara pertunjukan dan penata artistik kenamaan ini kembali menghasilkan karya apik berjudul Antartika.
Antartika merupakan karya fotografi yang disajikan Jay bersama ketiga rekannya, Yori Antar, Benny Soetrisno, dan Krish Suharnoko di MAEN, Menteng, Jakarta, pada 29 Februari hingga 15 Maret 2020.
Kepada Bisnis, Jay mengatakan ini karya kelima yang ditampilkan bersama para sahabatnya itu. Menggambarkan situasi Antartika yang diambil dalam trip pada 2013 lalu. Bertolak dari Jakarta, transit di Dubai (Uni Emirat Arab), berlanjut ke Rio De Janerio (Brasil), kemudian Puntas Arenas (Cili), Buenos Aires (Argentina), hingga tiba di Kutub Selatan
Jay mengaku sangat penasaran dengan Kutub Selatan, sebuah benua yang tidak memiliki negara, tidak dikuasai siapapun, namun menjadi tolak ukur bagi kehidupan di bumi. Selain itu, dia dan rekan-rekannya sudah menjelajahi 5 benua lainnya, belum pada Antartika.
"Kurang satu (benua) sayang. Kita nabung, kita rencanain 4 tahun. Kita sepakat untuk pergi ke Antartika karena benua ke-6 dan mulai terlihat ada krisis iklim padahal waktu itu belum sehangat sekarang," katanya.
Selama 9 hari di Antartika dari 1 bulan trip yang dilakukan, Jay amat takjup dengan keindahan benua putih bersalju yang megah namun begitu sepi. Di sisi lain dia amat miris karena banyak es yang mencair akibat pemanasan global. "Ternyata yang saya lihat bahwa pengrusak bumi adalah manusia," imbuhnya.
Terlebih saat ini, pemanasan global semakin terasa. Pertama kali dalam sejarah, pada 9 Februari 2020 tim peneliti Brasil di Pulau Seymour mencatatkan suhu 20,75 derajat celcius di Antartika. Suhu itu hampir 1 derajat lebih tinggi dari rekor sebelumnya, 19,8 derajat celcius di Pulau Signy pada Januari 1982.
Pada 6 Februari 2020 pun Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) merilis rekor tertinggi suhu di Pangkalan Esperanza di ujung utara Semenanjung Antartika tercatat mencapai 18,3 derajat celsius.
Kondisi inilah yang membuat Jay dan rekan-rekannya untuk menampilkan kondisi Antartika 7 tahun lalu dalam sebuah buku dan pameran fotografi. Bukan hanya asal, Jay ingin mengingatkan kepada masyarakat bahwa ancaman pemanasan global dan berujung pada tenggelamnya Jakarta tidak akan lama lagi.
"Ada puluhan kota pelabuhan di dunia yang akan tergenang air salah satunya Jakarta pada tahun 2050. Sebentar lagi krisis ini, tapi kita kayaknya tenang-tenang saja," tegasnya.
Melalui 120 karya fotografi itu Jay dan rekan-rekannya juga berpesan agar masyarakat harus mulai untuk menyelamatkan bumi dengan meminimalisir polusi, tidak menggunakan plastik, dan tidak merusak hutan.
Apalagi nyatanya, Indonesia adalah paru-paru dunia. "Kita punya hutan tropis yang paling besar tapi kok kita malah menghancurkan nggak ada sedikitpun upaya yang menomorsatukan lingkungan. Padahal semua generasi penerus tergantung dari situ," gemas Jay.
Dalam misi peduli lingkungan ini, Jay tidak mau berhenti di Antartika. Dia berencana menjelajahi tempat-tempat lain yang rusak karena ulah manusia. Pada perjalanan berikutnya, Jay ingin ke Chernobyl, sebuah kota kecil, Pripyat yang berada di Ukraina yang pada waktu itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Lokasi tersebut bekas kecelakaan reaktor nuklir terburuk sepanjang sejarah.
"Kita ingin ke tempat-tempat yang terkena teknologi, ternyata orang-orang nggak bisa mengontrol teknologi sehingga menghancurkan lingkungan hidup dan manusia," tukasnya.