Bisnis.com, JAKARTA – Kamis minggu kedua Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day).
Perayaannya diselenggarakan di berbagai negara sejak 2006 silam, termasuk Indonesia.
Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Aida Lydia mengatakan bahwa Indonesia telah mengikuti perayaan hari ginjal sedunia setiap tahunnya.
Adapun, tema yang diusung pada perayaan 2020 adalah Ginjal Sehat Untuk Semua Di mana Saja: Mulai dari Pencegahan, Deteksi Dini, dan Pemerataan Akses Pelayanan.
Aida menjabarkan, penyakit terkait organ ginjal di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry (IRR), ada lebih dari 50.000 kasus baru pada rentang 2017-2018.
Dia menyatakan bahwa penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang bersifat progresif karena bisa menyebabkan gangguan ke organ tubuh lain dan menghasilkan komplikasi penyakit.
Kendati gitu, dia mengatakan pasien dengan penyakit ginjal kronik atau bahkan gagal ginjal bukannya tidak memiliki harapan. Pasalnya, ada tiga jenis pengobatan yang bisa dilakukan terkait penyakit tersebut.
Pertama, Hemodialysis (HD) atau yang lebih dikenal dengan istilah cuci darah. Kedua, Continuous Ambulatory Perioneal Dialysys (CAPD). Ketiga, transplantasi ginjal, “Tiga jenis pengobatan ini masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya sendiri,” katanya.
Aida menjelaskan, untuk terapi HD pasien diharuskan datang ke fasilitas kesehatan secra berkala antara 2 sampai 3 kali seminggu untuk dilakukan cuci darah. Hal ini menjadi kemudahan pasien karena seluruh pengobatannya dilakukan oleh perawat.
Sementara pengobatan CAPD memiliki kelebihan karena bisa dilakukan sendiri oleh pasien, akan tetapi intensitas penggantian cairannya harus dilakukan 3 hingga 4 kali sehari. Pengobatan ini harus diikuti komitmen pasien karena kalau tidak disiplin maka bisa menyebabkan infeksi ginjal.
Adapun, pengobatan dengan metode transplantasi ginjal dinilai Aida merupakan pilihan terbaik karena bila berhasil, maka fungsi ginjal akan digantikan seluruhnya.
Namun demikian, biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan transplantasi ginjal tidak lah sedikit. Selain itu, pasien juga masih harus mengonsumsi obat-obatan setelah berhasil melakukan transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan tubuh.
“Angka keberhasilan transplantasi ginjal di Indonesia itu mencapai 90 persen. Ini cukup baik. Tapi saat ini mencari donor masih sangat sulit karena menggunakan donor hidup,” katanya.