Tenaga medis bersiap untuk mengevakuasi pasien di pusat triase yang didirikan tenda dan bangunan darurat yang dibuat untuk membantu sistem perawatan kesehatan di kawasan rumah sakit di Brescia, Italia, Jumat (13/3/2020).  Penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di Italia cukup signifikan dengan pertumbuhan jumlah kematian pasien yang mencapai 14 persen. Bloomberg/Francesca Volpi
Health

Dunia yang Berbeda Setelah Virus Corona

Dionisio Damara
Sabtu, 28 Maret 2020 - 20:19
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Dunia akan menghadapi perubahan besar setelah virus corona usai. Keputusan yang diambil oleh pemerintah di setiap negara, akan membentuk dunia untuk tahun-tahun ke depannya.

Begitulah kata-kata pembuka dari tulisan Yuval Noah Harari, sejarawan sekaligus penulis buku Sapiens dan Homo Deus, yang berjudul The World After Coronavirus. Tulisan itu terbit di Financial Times, 20 Maret 2020.

Menurut Yuval, umat manusia tengah menghadapi krisis global, mungkin terbesar dalam generasi saat ini. Keputusan para pemimpin negara akan memengaruhi kondisi dunia di masa depan. Mulai dari sistem kesehatan, ekonomi, politik, hingga budaya.

Keputusan yang biasa membutuhkan waktu bertahun-tahun pada masa normal, akan disahkan dalam waktu singkat. Kata Yuval, itulah sifat darurat. Mereka mempercepat proses sejarah.

Dalam masa krisis saat ini, menurut dia, pemerintah di setiap negara akan menghadapi dua pilihan sulit. Pertama adalah pengawasan totaliter dan pengawasan warga. Sementara pilihan kedua adalah solidaritas global dan isolasi nasional.

Pilihan pertama, misalnya, telah dilakukan China untuk mengentikan penyebaran virus corona.

Dikutip dari jurnal penelitian berjudul The Effect of Human Mobility and Control Measures on The COVID-19 Epidemic in China, Sabtu (28/3/2020), China sukses menekan penyebaran virus dengan mengintervensi mobilitas masyarakat.

Pembatasan perjalanan, intervensi perilaku, dan klinis, dilakukan China untuk mengurangi epidemi sekaligus mencegah presistensi virus pada populasi manusia.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa langkah-langkah pengendalian serta pencegahan drastis, yang diterapkan China, secara substansial mampu mengurangi penyebaran Covid-19.

Adapun, pilihan kedua tengah diambil oleh Amerika Serikat (AS) yang saat ini menjadi episentrum pandemi virus corona dengan kasus 102.396 orang per 28 Maret 2020. Jumlah itu telah melebihi kasus di China dan Italia.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui akun Twitter menyatakan telah melakukan pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping terkait penanganan virus corona. Padahal, hubungan keduanya sempat memanas lantaran Trump pernah menyebut Covid-19 sebagai "Virus China".

"Baru saja menyelesaikan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi. Membahas detail soal virus Corona yang merusak sebagian besar planet kita. China telah melalui banyak hal dalam mengembangkan pemahaman yang kuat tentang virus. Kami akan bekerja sama. Hormat," tulis Trump, Jumat (27/3/2020).

Dunia Mesti Bersatu

Keputusan drastis AS sejalan dengan ucapan Yuval yang mengatakan bahwa dalam kondisi krisis dibutuhkan solidaritas global, baik untuk menyudahi pandemi maupun krisis yang ditimbulkan.

Yuval menyebutkan bahwa pertama dan terutama, negara perlu berbagi informasi secara global untuk mengalahkan virus corona. Menurutnya, pandemi hanya dapat diselesaikan secara efektif dengan kerja sama antarnegara.

"Itulah keuntungan besar manusia daripada virus. Virus corona di China tidak dapat bertukar tips tentang cara menginfeksi manusia. Namun, China bisa mengajarkan banyak pelajaran berharga kepada AS tentang virus corona dan cara mengatasinya," kata Yuval. 

Dia juga mengatakan bahwa di hari-hari mendatang, umat manusia harus memilih untuk memercayai data ilmiah serta ahli layanan kesehatan, ketimbang percaya kepada teori konspirasi yang tidak berdasar dan para politisi yang mementingkan diri sendiri.

Di sisi lain, Yuval menilai bahwa keputusan untuk bersatu secara global akan berbuah kemenangan. Tidak hanya terhadap virus corona, tetapi semua epidemi dan krisis di masa depan yang mungkin menyerang umat manusia.

"Ya, badai akan berlalu. Umat manusia akan selamat, sebagian besar dari kita akan hidup, tetapi kita akan mendiami dunia yang berbeda," ujarnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro