Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti menyatakan bahwa vaksin campak, gondok, dan rubela (measles, mumps, and rubella/MMR) dapat melindungi orang dari kondisi infeksi Covid-19 parah.
Para peneliti dari University of Cambridge mengatakan bahwa vaksin tersebut dapat melindugi orang karena virus rubela memiliki struktur yang mirip dengan virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Tes darah yang dilakukan di rumah sakit National Health Services menemukan bahwa pasien yang memiliki Covid-19 para tampaknya telah mengembangkan respons kekebalan non-spesifik yang juga bisa melindungi mereka dari rubela.
Tim tidak memiliki bukti yang kuat bahwa vaksin MMR memiliki dampak terhadap pasien Covid-19. Akan tetapi, mereka mengatakan hal ini merupakan indikasi dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui informasi lebih detail.
“Kami menyarankan bahwa MMR tidak dapat mencegah infeksi Covid-19, tetapi berpotensi mengurangi hasil atau dampak yang lebih buruk,” kata para peneliti Cambridge seperti dikutip Daily Mail, Rabu (22/4).
Peneliti yang dipimpin oleh Robin Franklin dan Yorgo Modis mengatakan bahwa kesamaan struktural antara virus corona baru dan rubela bisa menjadi salah satu cara untuk mencari vaksin yang bisa memproteksi virus.
Ketika mereka menganalisis kedua virus itu, ditemukan bahwa 29 persen struktur identik dan ada kesamaan yang diketahui antara virus corona baru dan paramyxovirus, yang merupakan jenis dari rubela.
Oleh sebab itu, jika seseorang telah mengembangkan antibodi atau sistem kekebalan yang mampu melawan rubela, mereka mungkin juga dapat melawan sebagian penyakit dari Covid-19 dan mencegah kondisi yang terus memburuk.
Ini bisa terjadi jika tubuh dipaksa untuk mengembangkan antibodi yang ditargetkan pada satu virus tetapi juga mampu menempel pada yang lain, mencegah virus lain yang sejenis berkembang. Tim mengatakan molekul yang ditemukan pada virus corona telah dikaitkan dengan antibodi rubela dalam studi sebelumnya.
Dalam upaya mendukung klaim mereka, para ilmuwan juga mengaitkan hubungan antara tingkat vaksinasi dan kematian akibat Covid-19. Di Inggris, vaksin MMR telah diberikan rutin kepada anak-anak sejak usia 2 tahun.
Pada intinya, mereka melihat bahwa orang dengan usia tua sangat rentan terhadap kematian akibat virus corona baru, selain karena itu juga karena mereka telat mendapatkan suntikan vaksin MMR.
Dalam upaya lainnya untuk membenarkan teori ini, Fraklin dan Modis juga mempelajari sampel darah dari pasien virus corona di Inggris. Mereka mencari tanda-tanda kekebalan rubela pada apsien yang sakit dengan kondisi sedang dan parah.
Jika teori mereka benar, mereka akan emlihat tingkat kekebalan yang lebih tinggi di antara pasien yang lebih parah setelah mereka pulih. Hal ini dipercayai dapat membuktikan teori mereka bahwa infeksi virus corona dapat melindungi orang dari rubela dan sebaliknya.
“Secara keseluruhan data awal kami mendukung hipotesis bahwa vaksinasi rubella dapat memberikan perlindungan terhadap hasil yang buruk pada infeksi Covid-19. Kami mengusulkan agar vaksinasi kelompok usia berisiko dengan vaksin MMR harus dianggap sebagai salah satu jenis intervensi yang bisa dilakukan,” tulis kesimpulan para peneliti.