Bisnis.com, JAKARTA - Kendati validasi kondisi pasien terhadap Covid-19 hanya bisa dihasilkan dari tes PCR, rapid test tetap penting dan harus dilakukan paling awal.
Kepala Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Abdul Kadir mengatakan bahwa rapid tes sangat membantu menyaring orang dalam pengawasan (ODP) dan pasien dalam pantauan (PDP) terutama di daerah-daerah yang belum bisa melakukan tes PCR secara masif.
Dia memastikan bahwa hasil negatif pada rapid test tidak bisa dijadikan acuan final bahwa yang diperiksa terbebas dari Covid-19.
"Hasil rapid test selanjutnya harus dikonfirmasi melalui tes PCR untuk membuktikan hasil sebenarnya," kata Abdul kadir dalam siaran langsung di Metro TV, Rabu (6/5/2020).
Lebih lanjut, hasil tes PCR menunjukkan kode genetik virus Covid-19 sehingga jika kode tersebut muncul dipastikan orang yang diperiksa positif Covid-19.
Selain itu, Abdul menambahkan ada dua jenis rapid test yakni tes antibodi dan antigen.
Rapid test antibodi secara umum memeriksa kondisi antibodi dalam tubuh dalam menangkal virus yang masuk. Biasanya jenis rapid test ini menggunakan darah sebagai spesimen yang diperiksa.
Sedangkan rapid test antigen adalah pemeriksaan apakah ada virus yang masuk ke tubuh manusia.
"Bedanya yang diperiksa bukan darah tapi mengggunakn swab di rongga mulut atau rongga hidung. Pemeriksaan ini tidak bisa dilakukan sembarang orang," kata Abdul.
Rapid test antigen hanya bisa dilakukan oleh orang terlatih. Selain itu, diperlukan biosafety cabinet yang menjamin virus yang diperiksa tidak tersebar.