Virus Corona penyebab sindrom pernapasan MERS/bbc.co.uk
Health

Negara Mana yang Bisa Jadi Episentrum Covid-19 Berikutnya?

Syaiful Millah
Senin, 11 Mei 2020 - 12:46
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah kasus virus corona baru atau Covid-19 terus meningkat dan mencapai puncaknya di banyak negara, tetapi para analis menyebut bahwa beberapa negara berkembang belum mengalami masa terburuk mereka.

Sebenarnya, tidak ada formula matematis saklek yang bisa digunakan untuk menunjukkan negara mana selanjutnya yang bisa menjadi titik api baru dalam krisis global, tetapi sejumlah faktor dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya pandemi parah yang akan terjadi.

Dilansir dari Sky News, Senin (11/5) Samir Bhatt, dosen di Imperial College London menyatakan langkah pertama untuk melihat hal tersebut adalah dengan memahami tingkat pertumbuhan penyebaran virus di negara mereka.

Analis menunjukkan dari penggandaan kasus di seluruh dunia menunjukkan dalam beberapa waktu terakhir, jumlah kasus baru berkembang pesat di Afrika Tengah, Amerika Latin, dan negara-negara di Asia Selatan.

Pada bulan Maret, Sir David Spiegelhalter dari University of Cambridge memperkirakan Inggris akan menghadapi masalah yang sama dengan Italia yang mengalami krisis, karena kasusnya berlipat dua kali setiap interval tiga hari.

Dia menyebut dalam wabah epidemi penyakit menular, penting untuk mengetahui tingkat pertumbuhan yang menunjukkan seberapa cepat jumlah kasusnya meningkat. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan yang cepat berarti dapat meningkatkan jumlah kasus dengan signifikan.

Selain itu, kapasitas pengujian suatu negara juga perlu dipertimbangkan dalam memahami mana yang akan menjadi pusat episentrum penyebaran virus global. Tingkat kematian juga bisa digunakan tetapi faktor ini memiliki keterbatasan.

Diperlukan waktu bagi sebuah negara untuk mengakumulasikan kematian mereka karena jeda antara infeksi dan hasil, tetapi jumlah kasus yang tinggi dapat menyebabkan sejumlah kematian terkait virus corona baru.

“Oleh karena itu pengujian sangat penting dilakukan sejak dini untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, dan jika memungkinkan perlu ada pelacakan kontak yang dapat membantu mengurangi transmisi penyebaran,” kata Bhatt.

Ukuran yang lebih baik untuk menilai dampak Covid-19 adalah kematian tambahan, yang mengacu pada jumlah kematian di atas jumlah rata-rata untuk negara tersebut. Beberapa analis di Eropa menyatakan bahwa jumlah kematian tambahan lebih tinggi dari jumlah kematian terkait corona.

Ini juga terjadi di banyak negara di wilayah berkembang. Media Peru melaporkan adanya 2.248 kematian lebih banyak pada April dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi hanya setengahnya yang tercatat meninggal akibat corona.

Setengah lainnya tidak memiliki penyebab yang terkait dengan virus. Angka kematian tambahan serupa juga telah dilaporkan di negara-negara lain yang terkena dampak parah. Kota Manaus di Brazil mencatatkan angka kematian lima kali lebih tinggi dari tahun lalu akibat penyakit pernapasan.

Michael Tildesley, profesor di University of Warwick mengatakan bahwa masih ada ketidakpastian mengenai potensi korban jiwa di Afrika sebagai akibat dari pandemi. Dia menyebut rata-rata populasi di Afrika secara signifikan lebih rendah daripada Eropa, tetapi risikonya bisa jadi lebih tinggi.

“Namun, ada beberapa kekhawatiran mengenai kapasitas dan pelayanan sistem perawatan kesehatan yang relatif rendah di Afrika jika dibandingkan dengan banyak negara di Eropa,” tandasnya.

Dampak Virus Corona Terhadap Negara Berkembang

United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan tentang dampak buruk Covid-19 terhadap negara-negara berkembang. Sebuah laporan yang dirilis PBB menunjukkan bahwa kemiskinan dapat meningkat signifikan dari kondisi ini.

Untuk mengatasi wabah, banyak negara di daerah berkembang telah melakukan pembatasan ketat pada tahap awal. Ini ditunjukkan oleh sebuah indeks yang dikemabangkan oleh kelompok peneliti dari University of Oxford.

Indeks ini melacak respons pemerintah selama epidemi. Penguncian yang diberlakukan menyarankan orang tetap tinggal di dalam rumah dan langkah-langkah pembatasan jarak sosial telah membantu memperlambat penyebaran virus corona di banyak negara.

Sebuah studi memang menunjukkan bahwa tingkat penularan masih cukup tinggi di negara-negara yang paling terdampak di daerah berkembang. Namun negara seperti Afrika Selatan telah berupaya mengurangi penyebaran virus dengan skema skrining masal dan pengujian yang tertarget.

“Jumlah kasus yang dilaporkan di seluruh benua mungkin merupakan perkiraan yang terlalu rendah, karena kapasitas pengujian yang terbatas di banyak negara di Afrika. Jumlah harian kasus yang dikonfirmasi di beberapa negara masih meningkat,” kata Tildesley.

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro