Ilustrasi/Babypost
Health

Bagaimana Bercerita ke Anak Soal Corona?

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Minggu, 17 Mei 2020 - 10:53
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Svarga Rabyand Irsyad alias Vaga, hanya bisa memandang keramaian anak-anak bermain di depan rumahnya.

Svarga tak bisa lagi ikut bermain bersama anak-anak sebayanya. Penyebaran Covid-19 membuat orang tuanya Rusdianto, 26, dan Nita Widya, 25, mulai membatasi waktu bermain bagi anak berusia 1,5 tahun itu.

“Vaga ini sangat aktif di antara anak-anak balita di sekitarnya. Sejak Covid-19 aturan main Vaga dibuat lebih ketat,” ujar Rusdianto kepada Bisnis, Minggu (17/5/2020).

Rusdi yang sehari-hari bekerja sebagai jurnalis di Samarinda, dan istrinya sedang menyelesaikan studi kini membiasakan Vaga betah di rumah.

“Alhasil karena Vaga sangat aktif, sekarang dia bisa memainkan apa saja, yang ada karena bosan dengan mainan yang ada. Mulai dari baskom, gagang sapu, botol bekas air mineral hingga colokan listrik,” ungkap Rusdi.

Rusdi menjelaskan Vaga sempat rewel, dia bisa merengek hampir setiap jam. Rusdi dan Nita paham, balita ini tentu penat. Selain Vaga yang terisolasi, Rusdi dan Nita juga mulai mengisolasi diri.

Keluarga kecil ini menjadi lebih tertutup dan jarang berinteraksi dengan tetangga. Padahal, sebelumnya ada wabah Covid-19, setiap hari para tetangga sudah terbiasa bertegur sapa, arisan, sampai kumpul tingkat RT.

Lantas bagaimana orang tua harus menjelaskan soal pembatasan sosial kepada anak.

Pembatasan sosial selama Covid-19 memang bukan hal yang mudah dicerna anak-anak.

Menurut Sarita Candra Merida dari Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, kecerdikan orang tua menjelaskan situasi yang ada menjadi hal pokok.

Sarita menjelaskan orang tua dapat memnafaatkan media audiovisual yang edukatif. Terutama edukasi pentingnya mencuci tangan. Orang tua juga harus mulai menunjukkan kepada anak-anak alasan tidak memperbolehkan bermain di luar rumah.

“Kita juga bisa menggunakan gambar yang berwarna mengenai virus Covid -19 ini dan media penyebarannya melaui gambar yang menarik dan warna warni,” jelas Sarita.

Melalui informasi yang disampaikan secara audiovisual, gambar, maupun media lain yang penuh warna, anak-anak dapat belajar dan menangkap informasi yang disampaikan.

Setelah diberikan tayangan video, anak didorong untuk melakukan perilaku seperti yang ada dalam tayangan tersebut. Orang tua memberikan penjelasan dampak negatif atau positif jika anak melakukan tindakan tersebut.

Berikut empat tahapan dalam mengedukasi anak perihal Covid-19.

Pertama, memberi perhatian ekstra pada detail kebutuhan anak. Orang tua dapat memberikan tayangan audio visual bisa berupa video, gambar, alat peraga yang menarik sesuai tahap perkembangan usia anak sehingga mereka tertarik untuk melihat tayangan atau media tersebut hingga tuntas.

Kedua, melakukan representasi. Para pendamping baik orang tua, pengasuh maupun pendidik dapat mengajak anak mengulang atau mereview tayangan yang mereka lihat. Dengan begitu mereka berusaha mengigat tayangan tersebut.

Ketiga, memulai produksi perilaku. Setelah itu, dorong anak untuk melakukan atau mempraktikkan apa yang mereka lihat dari tayangan tersebut.

Keempat, mendorong motivasi. Setelah anak melakukan dan mempraktikkan tayangan tersebut, orang tua, pendamping atau pengasuh dapat memberikan reward berupa pujian.

Selain menyampaikan pesan atau informasi mengenai virus Covid-19 menggunakan media audio visual, tayangan atau gambar, cara menyampaikan pesan pun perlu diperhatikan.

Sarita memaparkan berdasarkan eksperimen yang dilakukan Watson terhadap bayi bernama Albert, seperti tayangan pada Youtube tentang Baby Albert Experiments, sebenarnya stimulus bersifat netral.

Pada penelitian tersebut, ketakutan diciptakan melalui suatu kondisi. Misalnya, suara yang keras dan mengagetkan. Anak kecil yang awalnya tidak takut terhadap apa pun bisa menjadi takut terhadap tikus, kelinci, anjing karena suara keras yang diberikan orang dewasa.

“Sama halnya saat kita menyampaikan Covid-19, tidak perlu dengan suara yang keras menunjukkan jika kita marah kalau anak tidak melakukan seperti yang ada di video atau memberikan penekanan yang memberikan kesan menakutkan terhadap virus tersebut,” tutur Sarita.

Saat menyampaikan informasi mengenai Covid-19, orang tua tetap tenang dalam memberikan penjelasan dan mendampingi anak menonton tayangan yang ada sampai selesai.

“Dalam memberikan penjelasan, kita dapat memberikan penjelasan yang logis sesuai dengan yang ada dalam tayangan tersebut,” tambah Sarita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro