Bisnis.com, JAKARTA – Tim peneliti dari Amerika Serikat yang telah mempelajari asal-usul virus corona baru, menyatakan bahwa virus sangat mungkin melompat dari hewan ke manusia berkat kemampuannya mengubah bentuk.
Dilansir dari Express, Selasa (2/6) para ilmuwan dari Duke Univeristy, Los Alamos National Laboratory University of Texas, dan New York University menemukan virus SARS-CoV-2 kerabat terdekat dari penyaki Covid-19 pada kelelawar.
Namun, virus tersebut memiliki kemampuan untuk menukar fragmen gen kritis dari virus corona yang menginfeksi trenggiling menjadi dapat menginfeksi manusia. Ini berarti bahwa virus dapat berikatan dengan sel inang dan membuat perubahan pada materi genetiknya.
Dalam kasus SARS-CoV-2, kunci kemampuan virus untuk berubah ditemukan di permukaannya. Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Science Advances, virus corona menggunakan protein untuk menempel pada sel dan menginfeksinya.
Feng Mao, profesor kedokteran di Duke University School of Medicine mengatakan bahwa ‘nenek moyang’ dari virus corona penyebab pandemi ini mengalami perubahan evolusioner dalam materi genetiknya, yang memungkinnya untuk menular pada manusia.
“Sangat mirip dengan SARS asli yang melompat dari kelelawar ke musang, atau MERS yang berubah dari kelelawar ke unta dromedari, dan kemudian ke manusia,” katanya.
Sementara itu, tim peneliti mengatakan bahwa penelitian melacak evolusi virus dapat membantu proses peneliti lain menemukan vaksin.
Asal usul virus SARS-CoV-2 paling dekat hubungannya dengan virus yang ditemukan pada keleawar, tetapi situs pengikatannya sangat berbeda dan dengan sendirinya tidak dapat secara efisien menginfeksi sel manusia.
Menurut tim, virus tersebut tampaknya merupakan gabungan antara virus kelelawar dan trenggiling untuk mendapatkan kemampuan sehingga bisa menginfeksi manusia.
Xiaojun Li, penulis penelitian ini mengatakan bahwa ada daerah virus dengan tingkat kemiripan yang sangat tinggi dari urutan asam amino di antara virus corona berbeda yang menginfeksi manusia, yakni dari kelelawar dan trenggiling.
“Ini menunjukkan bhawa virus ini berada di bawah seleksi inang yang sama dan mungkin memiliki kaitan dengan nenek moyang dari SARS-CoV-2, yang dapat dengan mudah melompat dari hewan ke manusia,” ujarnya.
Sementara itu, Elena Griorgi, staf ilimuwan di Los Alamos National Laboratory menambahkan peneliti telah melihat sekuens virus corona yang diambil dari pangolin yang didiskusikan di makalah mereka, tetapi komunitas ilmiah masih terbagi mengenai evolusi dari virusnya sendiri.
“Dalam penelitian yang dilakukan, kami menunjukkan bahwa memang SARS-CoV-2 memiliki sejarah evolusi yang kaya, mencakup perombakan bahan genetik antara virus corona kelelawar dan pangolin sebelum memperoleh kemampuannya untuk melompat ke manusia,” katanya.