Virus Corona penyebab sindrom pernapasan MERS/bbc.co.uk
Health

Rekor Baru Kasus Positif Corona, Apakah Terkait Pelonggaran PSBB?

Mia Chitra Dinisari
Sabtu, 6 Juni 2020 - 18:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, 6 Juni 2020, atau hampir 100 hari kasus virus corona masuk Indonesia, kasus positif Covid-19 mencatatkan rekor baru. Padahal Pembatasan Sosial Berskala Besar mulai dilonggarkan.

Dalam konferensi pers virtualnya, Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan dalam satu hari ini saja, terdapat 993 kasus positif baru yang muncul di tanah air, sehingga, total kasus positif virus corona di Indonesia mencapai 30.514 orang.

Sedangkan untuk pasien sembuh bertambah 464 orang menjadi 9.907, dan meninggal dunia bertambah 31 orang menjadi 1.801.

Di atas kertas, data positif kasus corona di Indonesia memang belumlah melandai. Berdasarkan data Tim Gugus Tugas Covid-19, sepanjang Mei, penambahan kasus positif bisa dikatakan semakin menjadi, dimana ada lonjakan 161% sejak April 2020.

Pada Mei, penambahan kasus virus corona secara harian sempat mencapai puncaknya. Misalnya pada 21 Mei sebanyak 973 orang dan 23 Mei sebanyak 949 orang.

Meski per 1 Juni 2020 sempat melambat dengan tambahan 467 kasus positif, namun, dalam beberapa hari terakhir ada anomali kenaikan kasus positif Covid-19.

Rasio reproductive number (Rt) Jakarta dan empat provinsi lainnya di Jawa juga masih tercatat di atas 1,00. Padahal syarat pelonggaran PSBB rasio Rt harus di bawah 1,00. Rt sebuah metrik untuk melacak laju penyebaran virus secara real-time. Semakin kecil Rt berarti penularan semakin minim, dan lama-lama menghilang. Artinya, dengan data itu, Indonesia belumlah siap untuk melakukan pelonggaran.

Fase new normal aktivitas masyarakat sendiri diputuskan dengan beberapa pertimbangan, dimana salah satunya soal pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020 yang babak belur. Apalagi, sebelum diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), ekonomi hanya tumbuh 2,97%. Kekhawatiran pemerintah, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini akan lebih parah dan bisa berdampak pada kuartal berikutnya.

Tapi apa daya, belumlah new normal murni dilaksanakan, rekor baru kasus positif justru sudah mengadang. Beberapa pihak terutama ahli kesehatan sudah memprediksi hal ini bisa terjadi ketika pemerintah memutuskan melonggarkan kebijakan PSBB.

Ketua Departemen Epidemiologi FKM UI Tri Yunus Miko Wahyono sebelumnya pernah mengatakan gelombang kedua penyebaran Covid-19 masih berpotensi terjadi di Indonesia. Hal itu tercermin dari jumlah kasus di beberapa daerah seperti Jakarta yang masih tinggi. 

Sejumlah langkah antisipasi pun perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona, terutama dengan mengurangi klaster-klaster penyebar Covid-19.

Senada dengan Tri Yunus, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi, Prof. dr. Ari Fahrial Syam Indonesia menegaskan Indonesia terbilang masih riskan untuk menerapkan tatanan hidup baru atau new normal dalam waktu dekat. Pasalnya, angka penularan virus corona masih terbilang tinggi.

Menurutnya, dari data kasus positif, Indonesia masih dalam zona merah, dan jumlah kasus masih terus meningkat. Sehingga jika new normal dipaksakan, dan orang kembali beraktifitas maka angka infeksi masih cukup tinggi.

Dia juga menegaskan alasan lainnya yakni angka kematian di Indonesia yang  tergolong besar yakni 6 persen, juga kesiapan masyarakat yang dinilai belum mampu 100 persen menjalankan protokol kesehatan.

Kekhawatiran itu terbukti. Kini, selang beberapa hari rencana new normal dicetuskan, kasus positif virus corona langsung melonjak. 

Peningkatan kasus pascapelonggaran ini bukan hanya terjadi di Indonesia, yang seharusnya menjadi pembelajaran bagi pemerintah Indonesia sebelum memutuskan rencana new normal.

Misalnya saja di China, sebagai epicentrum virus corona, sebulan setelah menyatakan bebas Covid-19, tiba-tiba saja kasus baru muncul dengan jumlah yang cukup tinggi.

Kemudian, di Korea Selatan 100 kasus baru muncul hanya berselang kurang dari 10 hari warganya mulai beraktifitas normal.

Yang terbaru adalah di Arab Saudi yang juga mencatatkan pelonjakan kasus baru dalam 5 hari setelah pelonggaran, yang akhirnya membuat kebijakan jam malam pun kembali diberlakukan per 5 Juni 2020 lalu. 

Para ahli kesehatan dunia pun bahkan telah memprediksi gelombang kedua wabah covid-19 bisa lebih besar daripada gelombang pertama. 

Pawel Grzesiowski dari Foundation of the Institute of Infection Prevention mengatakan pandemi global ini tidak melemah. Tingkat keparahannya di berbagai negara masih bervariasi tergantung kondisi setempat.

Dengan kondisi demikian, Grzesiowski khawatir beberapa negara mulai merencanakan pelonggaran upaya pembatasan jarak sosial hingga pelonggaran pembatasan perjalanan. Menurutnya, hal ini memunculkan tantangan baru dan dapat menyebabkan gelombang kedua infeksi.

Sementara itu, Andrea Ammon dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) mengatakan bahwa gelombang infeksi kedua sangat mungkin terjadi, jika masyarakat melanggar aturan-aturan jarak sosial yang telah ditetapkan.

Grzesiowski juga berpendapat bahwa masyarakat yang lebih besar, yang berada di ruang publik membantu memfasilitasi penyebaran virus corona, "Kita harus ingat bahwa semakin banyak orang berkumpul di satu tempat, semakin tinggi risiko infeksi,” katanya.

Mengacu pada data dan fakta tersebut, maka bukan tidak mungkin pelonggaran PSBB dan new normal di Indonesia bakal terus menambah kasus positif covid-19.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro