Bisnis.com, JAKARTA - Menjadi Single Parent atau orangtua tunggal tak mudah. Stigma sosial dan beban ekonomi membangun keluarga bertumpu pada satu orang. Beban itu kerap lebih berat jika posisi orangtua tunggal ini dialami oleh para ibu.
Begitulah pengalaman dan perasaan Dian Ekawati, seorang pengusaha perempuan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Perempuan yang menulis buku berjudul “Strategi Bisnis HIPMI” ini menceritakan salah satu fase terberat dalam hidup adalah ketika memasuki usia 10 tahun perkawinan, sang suami justru mengalami serangan jantung dan meninggal dunia.
Dian pun harus hidup bersama tiga anak sambung, dan satu anak kandung yang masih kelas 2 SD.
“Saat itu saya tidak punya persiapan, karena selama menikah saya murni hanya menjadi ibu rumah tangga. Suami meminta saya tidak bekerja karena saya harus mengurus 4 anak, 3 anak sambung dan satu anak kandung,” ujar Dian dalam sesi IG Live dengan Finansialku beberapa waktu yang lalu.
Untung saja, salah satu anak tertua dari suami dan istri pertama sudah dewasa dan menikah. Dian yang masih dirundung kesedihan mendalam, memutar otak dan terus berdoa agar bisa melangkah untuk menafkahi tiga anak yang tersisa. Satu demi satu, anak-anaknya menikah, hingga tersisa tanggung jawab Dian terhadap si bungsu yang masih SD.
“Saya dan anak saya yang paling kecil ini bondingnya kuat, tapi tak sekuat dia dengan ayahnya. Saya cenderung lebih disiplin, sementara dia selalu main sampai makan dengan ayahnya. Maka sewaktu bapaknya meninggal, dia sempat depresi waktu kecil,” ungkap Dian.
Butuh waktu sekitar dua tahun bagi Dian melakukan healing diri sendiri dan healing bagi putranya untuk tetap bertahan. Dian pun memperkuat ikatan dengan si anak. Salah satunya, Dian tidak memindahkan putranya dari sekolah meskipun sekolahnya saat itu memasang biaya SPP yang sangat mahal.
“Saya sempat kesulitan, karena sekolah anak saya itu SPP sekitar Rp2 juta ya saat itu. Sementaran suami saya pun meninggal masih menyisakan utang. Saya tidak tenang juga harus seperti apa. Saya pun mau suami saya tenang, itulah saat di mana saya mulai cari peluang usaha,” tutur Dian.
Agen Asuransi
Dian mengawali usaha mengumpulkan uang dengan menjadi agen asuransi. Dari usaha menjadi agen asuransi, Dian perlahan bisa membiayai sekolah anak, melunasi utang suami, hingga akhirnya dia bisa membawa sang anak liburan ke Singapura dan Malaysia. Putra bungsunya pun tumbuh dengan baik, hingga belajar ke Universitas Oxford, lalu Universitas Indonesia, dan akan melanjutkan jenjang studi ke Austalia.
Kepergian sang suami memang membuat Dian menyadari kematian dalam anggota keluarga menjadi momen yang tak bisa diprediksi. Pengalaman ditinggal suami dan harus menjadi orangtua tunggal membuat Dian menjadi lebih menghargai waktu, bekerja keras, lebih tegar, tidak mau peduli gosip atau opini negatif dari orang luar, dan keluar dari zona nyaman.
“Hidup itu harus terus berjalan. Istilahnya the show must go on. Saya selalu bawa kesulitan saya hanya dalam doa. Aktivitas kerja juga bisa menjadi pelarian positif dari depresi dan kesedihan. Saya juga pasang mindset, saya harus kuat, jangan neko-neko dan bodo amat, saya harus coba mulai usaha,” tuturnya.
Pengumpulan modal pun membawa Dian akhirnya sukses memulai usaha perdagangan dan pengadaan umum. Dia memulai usaha itu dengan kerjasama BUMN. Namun sejak Covid-19 melanda, semua usaha pengadaan barang pun kini terhenti.
Sebagai pengusaha, Dian menyarankan kepada para oangtua tunggal yang terdampak Covid-19, mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), untuk mulai belajar keluar dari zona nyaman, berani membuka usaha.
“Jangan terpaku pada apa yang ada saat ini. ini butuh kesadaran, kerendahan hati. Ini suasana berbeda. Apalagi masuk normal baru, semua kerja melalui online. Bisa dimanfaatkan untuk belajar digital marketing sampai apapun secara online,” tuturnya.
Financial Planner dari Finansialku, Rista Zwestika menambahkan menjadi orangtua tunggal memang perlu perencanaan matang terutama dalam keuangan.
Beban ekonomi mau tak mau akan meningkat sehingga memerlukan kepastian dan manajemen keuangan yang bagus. Langkah-langkah ini bisa terwujud jika seorang single parent juga mau melakukan inovasi.
“Single parent itu memang tidak mudah, maka seharusnya harus ada dukungan finansial dan psikologis. Intinya dimulai dengan keyakinan, single parent bukan akhir dari segalanya,” ujar Rista.