Bisnis.com, JAKARTA – 20 Juli mendatang menjadi perayaan ke-51 tahun pendaratan manusia pertama di bulan oleh Neil Armstrong dan Buzz Aldrin. Setelah puluhan dekade berlalu, mimpi manusia untuk dapat tinggal di luar angkasa pun masih belum terwujud.
Melalui Space Exploration Initiative (SEI), MIT Media Lab memiliki misi untuk mendemokratisasi akses ke luar angkasa. Jika dulu luar angkasa hanya diperuntukan bagi sejumlah kecil orang yang harus belajar suatu ilmu atau bidang tertentu dan dilatih secara spesifik, nantinya mereka berharap siapa pun dapat pergi dan melakukan aktivitas di luar angkasa.
Untuk itu, di bawah arahan pendiri SEI Ariel Ekblaw, sejak 2018 lalu diadakan sebuah proyek penelitian di dalam pesawat tanpa gravitasi oleh berbagai pihak mulai dari ilmuwan, seniman, hingga desainer yang semuanya tidak terkait dengan sains luar angkasa.
Salah satu proyek di dalam SEI adalah riset dari Maggie Coblentz tentang bagaimana menyajikan makanan di luar angkasa, termasuk bereksperimen dengan gastronomi molekular di kondisi mikrogravitasi.
Dalam proyeknya, Maggie dan tim SEI membuat helm astronot khusus yang didesain untuk mengakomodir penggunanya untuk menyicipi berbagai jenis makanan dengan tekstur dan teknik masak yang berbeda agar mendapatkan pengalaman makan yang menyenangkan di luar angkasa.
Yang tak kalah menarik, SEI juga melakukan riset di bidang musik dengan membuat instrumen yang dapat berbunyi pada kondisi mikrogravitasi. Dengan begitu, nantinya manusia tidak perlu membawa alat musik yang telah ada di bumi untuk mencari hiburan di luar angkasa.
Apa yang dilakukan SEI saat ini merupakan langkah awal dalam membentuk Starfleet Academy yang namanya terinspirasi dari institusi dalam serial televisi Star Trek. Akademi itu nantinya diharapkan bisa menjadi sebagai sebuah laboratorium besar yang memungkinkan siapa saja untuk membuat inovasi untuk luar angkasa.
"Saat ini peradaban manusia sudah berada pada awal pembentukan masyarakat antarplanet. Kesempatan ini harus digunakan untuk membuat beragam inovasi dan kreasi secara kolektif yang mampu menjadikan yang tadinya terdengar seperti kisah fiksi ilmiah menjadi kenyataan." Ujar Ariel dalam diskusi di Disrupto Fest 2020.
Festival virtual Disrupto umum ini menargetkan 200.000 penonton dari berbagai kalangan. Diharapkan acara ini akan menjadi wadah untuk bertukar pikiran antarpelaku ekonomi seperti startups, korporasi, modal ventura, dan institusi keuangan lokal maupun global. Daniel Surya, Co-founder DISRUPTO dan Executive Chairman WIR Group, menjelaskan tujuan Disrupto ialah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bagaimana teknologi berkembang begitu cepat dan akan berdampak pada kehidupan manusia di masa depan. Sehingga masyarakat dapat menjadi adaptif akan perubahan yang terjadi.