Bisnis.com, JAKARTA - Sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi telah meninggal dunia. Sebelum meninggal, dia telah memperbarui kamus-kamus Bahasa Sunda.
Ajib Rosidi dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (29/7/2020) malam sekitar pukul 22.30 WIB. Adapun karya garapan Ajip itu menurut budayawan Hawe Setiawan adalah kamus bahasa Sunda terbaru dengan penjelasan lengkap. “Yang saya tahu sudah sekitar 50 persen jadi,” katanya Kamis (30/7/2020) seperti dikutip dari Tempo.
Kamus itu menurut Hawe untuk memperbarui kamus-kamus karya penulis sebelumnya yang sudah lama terbit seperti di era 1950-an hingga 1980-an.
Pada kamus garapan Ajip itu disusun bahasa Sunda yang baku untuk menjadi patokan komunikasi publik juga karya ilmiah. Kata-kata dalam kamusnya disertai contoh kalimat. “Beliau juga sedang memutakhirkan ensiklopedia Sunda,” kata Hawe.
Ajip kelahiran Majalengka, 31 Januari 1938, meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar, Magelang pasca operasi akibat jatuh di rumahnya di Pabelan. Kiprah Ajip menurut Hawe tidak hanya sebagai penulis, tapi juga budayawan dan pendidik.
Wujud perhatiannya itu tercurah lewat penghargaan rutin tahunan bertajuk Hadiah Sastra Rancage sejak 1989. “Kepeduliannya sangat besar kepada sastra dan budaya Nusantara tidak hanya Jawa Barat,” ujarnya.
Ajip dan timnya berusaha menghidupkan bahasa di Nusantara lewat karangan penulis sastra berupa cerita maupun puisi dalam bentuk buku. Dari semula karya berbahasa Sunda, penilaian dan kritiknya meluas ke karya berbahasa Jawa, Bali, Lampung, Batak, dan Banjar Kalimantan Selatan.
Bagi Ajip kata Hawe, bahasa di Nusantara adalah kenyataan di kehidupan masyarakatyang tidak bisa diabaikan atau dianggap hilang. Bahasa di Nusantara merupakan bagian dari Bahasa Indonesia dan sama pentingnya.
Kini sepeninggal Ajip, kata Hawe, banyak pekerjaan yang penting untuk dilanjutkan seperti keberlangsungan Hadiah Sastra Rancage, kegiatan di Pusat Studi Sunda yang dirintis Ajip sejak 2000.
Selain itu ada Perpustakaan Ajip Rosidi di Bandung serta perpustakaan pribadinya di Pabelan, Magelang yang sesak oleh buku-buku, catatan, dan tulisan karya Ajip.