Ilustrasi work from home/istimewa
Relationship

Studi: Waktu Kerja Selama Pandemi Lebih Lama 48,5 Menit

Desyinta Nuraini
Selasa, 4 Agustus 2020 - 14:18
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Para peneliti menyebut pandemi virus corona atau Covid-19 menyebabkan masa waktu kerja lebih lama. Banyaknya rapat online dan tugas melalui email menjadi beberapa faktor penyebabnya.

Dari sebuah penelitian terhadap 3,1 juta orang di lebih dari 21.000 perusahaan, 16 kota di Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah, disebutkan bahwa revolusi telecommuting menyebabkan lebih banyak pekerjaan.

Para peneliti membandingkan perilaku karyawan selama dua periode 8 minggu sebelum dan sesudah lockdown akibat Covid-19. Melihat email dan meta-data pertemuan, peneliti menghitung hari kerja yang berlangsung 48,5 menit lebih lama dan jumlah pertemuan meningkat sekitar 13%, serta orang-orang mengirim rata-rata 1,4 lebih email per hari ke rekan-rekan mereka.

Di beberapa kota seperti Los Angeles dan Chicago, rata-rata lama hari kerja kembali ke tingkat pra-pandemi. Tetapi hari-hari yang lebih lama bertahan di New York City, San Jose dan sebagian besar Eropa hingga Mei.

"Orang-orang telah menyesuaikan pola kerja mereka," kata Jeff Polzer, seorang profesor di Harvard Business School yang terlibat dalam penelitian ini, dilansir dari Bloomberg, Selasa (4/8/2020).

Namun dari penelitian yang diterbitkan oleh Biro Hubungan Ekonomi Nasional tersebut, selama jangka waktu dua bulan ini pertemuan tambahan menjadi lebih pendek.

Perusahaan sedang mempelajari dampak percobaan kerja dari rumah pada produktivitas, moral, budaya, biaya, dan faktor-faktor lain untuk menentukan bagaimana mereka dapat memodifikasi praktik kerja di masa mendatang. Analisis lain yang melihat data VPN menemukan bahwa orang-orang menggunakan tiga jam tambahan di AS dan masuk pada jam-jam aneh. Orang-orang yang berbicara dengan Bloomberg mengaitkan hal ini dengan jadwal mereka yang terburu-buru dan tuntutan perawatan anak, mengaburkan batas antara pekerjaan dan rumah, dan tekanan dari resesi ekonomi.

Kelompok dari Harvard dan NYU mengatakan penelitian mereka merupakan salah satu studi terbesar sejauh ini dan termasuk data dari 16 wilayah metropolitan.

Polzer dari Harvard mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk melihat apakah kebiasaan telah berubah secara permanen, tetapi ia tidak mengharapkan perilaku pekerja untuk kembali ke tingkat pra-pandemi dalam waktu dekat. "Ini tidak seperti kita akan kembali ke masa normal," katanya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro