Bisnis.com, JAKARTA – Kebiasaan mengobrol selama pandemi di Tinder, aplikasi mencari jodoh meningkat cukup tinggi meski hanya membahas topik tentang di rumah saja antara para pengguna Tinder di seluruh dunia.
Dilansir dari siaran pers yang diterima Bisnis.com, Kamis (6/8/2020), pandemi memang membuat interaksi lebih intens dan lebih terbuka meski melalui media sosial. Keadaan yang membuat semua orang terpaksa mengisolasi diri dan menghabiskan waktu lebih banyak di rumah saja secara bersamaan di seluruh dunia memberi dampak pada topik obrolan para pengguna Tinder. Para pengguna menjadi lebih cerewet dibandingkan sebelumnya.
Secara global, pada 5 April 2020 Tinder mencatat hari itu sebagai puncak dari kecerewetan pengguna Tinder di seluruh dunia. Pada tanggal itu pula pengguna Tinder terdeteksi mengirimkan pesan rata-rata 52 persen lebih banyak dibandingkan dengan saat lockdown baru mulai di awal bulan Maret.
Di Indonesia, kecerewetan pengguna Tinder memuncak pada 12 April 2020. Pada hari tersebut para pengguna Tinder sangat aktif dalam mengirimkan pesan sehingga terjadi kenaikan pengiriman pesan dengan rata-rata 61 persen lebih banyak dibandingkan saat masa di rumah saja yang baru dimulai di bulan Maret. Selain itu, dari pengiriman pesan yang terjadi ternyata lebih banyak dilakukan oleh Gen Z dengan rata-rata 64 persen lebih banyak dibandingkan pengguna yang berusia di atas 26 tahun.
Masker menjadi topik populer di Tinder. Beberapa orang menghabiskan hari-hari awal karantina dengan memamerkan persediaan tisu toilet dan hand sanitizer. Puncak dari pencantuman kedua hal ini di dalam bio terjadi pada akhir Maret. Namun, pembicaraan beralih ke masker mulai April.
Beberapa pengguna Tinder memamerkan kebiasaan penggunaan masker mereka secara rutin. Misalnya tentang ‘terlihat dari garis halus di kulit wajah yang disebabkan oleh masker’, atau mencari kesamaan pandangan dalam penggunaan masker. Misalnya; ‘jika kamu menggunakan masker ketika berlari, maka kita tidak cocok’. Kebiasaan menggunakan masker dapat menjadi tes kecocokan paling ideal tahun 2020.
Tinder menemukan, karantina juga menghasilkan ide-ide kreatif untuk bergaul. Pembatasan sosial membuat banyak orang menjadi pelaku kencan digital yang kreatif karena terpaksa harus di rumah saja, menjelajahi Tinder menjadi cara untuk bersosialisasi. Pada puncaknya, jumlah swipe antar pengguna di Indonesia selama masa di rumah saja juga bertambah hingga 29 persen.
Selain itu, karena sebagian besar tempat ditutup, banyak pengguna di Tinder beralih ke Animal Crossing untuk bertemu. Pada permulaan karantina terjadi 5 kali peningkatan penyebutan Animal Crossing di bio. Adapun jumlah Gen Z yang menyebutkan Animal Crossing berjumlah 2x lebih banyak dari Millennial.
Tinder menegaskan, data diambil dari Maret sampai Mei 2020. Informasi ini mewakili tren Tinder secara keseluruhan, bukan informasi personal dari suatu individu atau pengguna. Sebagai catatan, data aktivitas dalam aplikasi, pesan, dan bio mewakili data aktivitas Tinder secara global antara Maret dan Mei 2020.
Ketika menganalisa referensi di masa puncak karantina, ini merujuk pada poin metrik tertinggi selama periode Maret 2020 sampai Mei 2020. Kini Tinder memberikan topik lebih banyak untuk dibicarakan. Tidak ada hal yang membuat percakapan mengalir lebih baik dari minat dan pengalaman.