Bisnis.com, JAKARTA -- Tren busana muslim yang tertutup atau yang lebih dikenal dengan istilah modest fashion dalam industri mode semakin meningkat popularitasnya di Indonesia.
Busana ini memiliki bentuk yang tidak menonjolkan siluet tubuh sang pemakai dan umumnya dipadu-padankan dengan berbagai jenis penutup kepala yang tidak kalah stylish.
Popularitas modest fashion di Indonesia dapat ditelusuri hingga lebih dari dua dekade ke belakang, di mana pada 1993, Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) untuk pertama kalinya memperkenalkan busana muslim.
Presiden APPMI Poppy Dharsono mengungkapkan bahwa pada masanya, busana muslim untuk pertama kalinya diperagakan pada Indonesia Fashion Week dan berhasil memikat para desainer dan pengamat industri fashion dunia.
"Kalau [Indonesia] ingin menjadi pusat fashion muslim dunia, itu sangat mungkin terjadi karena kita punya pasar dan permintaannya sangat besar," ujarnya dalam Ngobrol Santai Bisnis.com, Jumat (7/8/2020).
Optimisme ini bukan tanpa alasan. Antusiasme dunia terhadap konsep busana muslim Indonesia dibuktikan melalui penyelenggaraan Indonesia Modest Fashion Week yang rutin diadakan setiap tahun sejak 2011.
Dibentuknya sebuah acara khusus peragaan busana dengan konsep modest fashion ini memperlihatkan bahwa Indonesia diakui dan dianggap sebagai sumber inspirasi untuk para pegiat busana muslim dari belahan dunia lainnya.
Dalam setiap gelarannya, tutur Poppy, ada sekitar 40 tamu undangan mancanegara yang turut serta memeriahkan peragaan busana muslim tersebut. Acara ini juga mendapatkan support dari Eropa hingga Rusia.
"Kita juga melakukan roadshow di negara-negara Maghribi untuk memperkenalkan modest fashion Indonesia dan mereka support. Hubungan baik dengan diplomat turut membantu membangun kepercayaan bahwa APPMI mampu melaksanakan fashion week dengan megah," katanya.
Di samping fashion week, tren modest fashion di Indonesia turut didukung oleh demografi penduduknya yang mayoritas muslim.
Hal ini sangat menjanjikan bahwa Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam industri bernilai miliaran dolar yang sedang berkembang pesat ini.
The State of the Global Islamic Economy Report 2018/2019, oleh Thomson Reuters dan DinarStandard, menyoroti "potensi pertumbuhan yang signifikan" di sektor ini, dengan pengeluaran Muslim untuk modest fashion diperkirakan akan tumbuh 5 persen per tahun menjadi US$361 miliar pada 2023 dari US$270 miliar pada 2017, seperti dikutip melalui Nikkei Asian Review.
Kini, pakaian tertutup dapat dikenakan bukan hanya karena alasan agama atau budaya, atau oleh wanita yang lebih suka berpakaian konservatif.
Memang pada praktiknya, istilah "modest fashion" telah menggantikan "busana Muslim" karena daya tariknya telah menyebar hingga ke luar dari lingkup penduduk beragama Islam.
Di sisi lain, masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan industri modest fashion Indonesia untuk menjadi terlebih dari segi kualitas para desainernya.
Menurut Poppy, desainer di negara kita belum sepenuhnya menguasai teknik untuk setiap jenis produk fashion yang mereka produksi dan kelemahan ini sering kali ditemukan pada desainer busana muslim.
"Setiap fashion house punya keterampilan hebat tetapi tidak semua menguasai tekniknya. Harus ada standar yang diterapkan apalagi jika ingin merambah pasar global," katanya.